Kepolisian di negara bagian Kebbi, Nigeria barat laut mengatakan jumlah korban akibat serangan sekelompok pencuri ternak di tujuh desa meningkat menjadi 88 orang.
Mengutip AFP, Minggu (6/6), wilayah Kebbi telah berjuang dengan bentrokan komunal selama beberapa dekade. Namun, baru-baru ini beberapa kelompok menjadi lebih kejam, menjarah, membunuh, dan menculik untuk uang tebusan.
"Awalnya 66 mayat ditemukan, tetapi 22 lainnya telah ditemukan," ucap Juru Bicara Kepolisian negara bagian Kebbi Nafiu Abubakar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puluhan penyerang dengan sepeda motor menyerang tujuh desa tetangga di distrik Danko-Wasagu pada Kamis lalu. Orang-orang bersenjata itu menargetkan desa-desa Koro, Kimpi, Gaya, Dimi, Zutu, Rafin Gora, Iguenge.
Penyerang diduga telah menyerang dari negara-negara tetangga Zamfara atau Niger, di mana penjahat diketahui menjaga kamp-kamp.
Pada April lalu, sembilan polisi tewas di daerah itu dalam baku tembak dengan orang-orang bersenjata yang menyerbu sebuah desa di dekat distrik Sakaba untuk mencuri ternak.
Nigeria barat laut dan tengah diketahui sebagai pusat geng kriminal atau bandit. Mereka menyerang desa, melecehkan penduduk, dan membakar rumah.
Geng itu mempertahankan kamp di hutan Rugu. Sementara, geng di barat laut baru-baru ini meningkatkan serangan terhadap sekolah, menculik ratusan siswa untuk memeras uang tebusan dari pihak berwenang dan orang tua.
Tercatat, lebih dari 700 anak-anak dan siswa telah diculik oleh orang-orang bersenjata demi uang tebusan sejak Desember lalu. Penculikan seringkali dilakukan dari sekolah terpencil, di mana siswa tinggal di asrama.
Otoritas Negara bagian di negara bagian Niger mengatakan mereka sedang bernegosiasi dengan orang-orang bersenjata yang menangkap 136 anak-anak dari sebuah seminari Islam akhir pekan lalu.
Sementara, hampir 700 ribu orang telah mengungsi di barat laut dan utara Nigeria tengah pada Februari lalu. Badan Migrasi PBB IOM mengatakan hal ini terjadi karena ada kekerasan.
Doctors Without Borders (MSF) mengatakan sedang berjuang untuk menanggapi kebutuhan yang meningkat di Zamfara.
MSF menyebut telah merawat 10.300 anak di Zamfara karena kekurangan gizi akut, campak, dan malaria. Hal ini terjadi sejak Januari dan April 2021.
"Ini 54 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Orang-orang di sini membutuhkan makanan, air bersih dan vaksinasi sekarang," kata Dokter MSF Godwin Emudanohwo.
(aud/age)