Junta Hancurkan Makanan dan Obat untuk Pengungsi Myanmar

CNN Indonesia
Senin, 14 Jun 2021 22:53 WIB
Junta dilaporkan menghancurkan pasokan makanan dan obat untuk warga Myanmar yang mengungsi akibat pertempuran antara militer dan milisi rakyat. Ilustrasi. (Reuters/Karen Women's Organization).
Jakarta, CNN Indonesia --

Junta dilaporkan menghancurkan pasokan makanan dan obat-obatan untuk para warga Myanmar di negara bagian Shan yang mengungsi akibat pertempuran antara militer dan milisi rakyat beberapa waktu belakangan.

Warga lokal mengatakan kepada The Irrawady bahwa junta membakar 80 karung beras, tiga barel minyak, makanan kering, obat-obatan, dan dua kendaraan yang disimpan di Kota Pekon pada 8 Juni.

Menurut warga, junta membakar pasokan makanan itu sehari setelah militer terlibat baku tembak dengan milisi rakyat.

Di hari pertempuran itu, para warga mengumpulkan pasokan makanan. Ketika pertempuran selesai dan milisi angkat kaki, warga sebenarnya masih memegang pasokan makanan itu.

"Namun, kami terpaksa pergi ketika militer masuk desa. Mereka membakar semuanya pada 8 Juni," ujar seorang warga.

Ia kemudian bercerita, "Saat ini, ada 3.000 orang mengungsi dan mereka berbagi beras yang jumlahnya sangat sedikit."

Selama ini, para warga yang mengungsi biasanya berlindung di gereja atau tempat ibadah lainnya. Mengandalkan bendera putih di depan gedung, mereka berharap militer tak menyerbu.

Namun ternyata, militer tetap kerap menyerang mereka. Junta berdalih bahwa milisi rakyat menggunakan warga sebagai tameng.

Perlawanan terhadap junta kian keras setelah militer mengambil alih pemerintahan sipil pada 1 Februari lalu.

Sebagian warga yang gerah dengan sikap militer menekan demonstran akhirnya memutuskan untuk membentuk milisi rakyat mengandalkan senjata berburu.

Sementara itu, milisi etnis yang sejak dulu sudah berperang melawan pasukan pemerintah Myanmar juga menyatakan dukungan untuk gerakan rakyat.

Myanmar pun terus terperosok dalam krisis setelah militer mengudeta pemerintahan sipil pada 1 Februari lalu.

Berdasarkan data kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), setidaknya 863 orang tewas akibat bentrok dengan aparat junta militer.

(has)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK