Pekik 'Matilah Arab' dan 'Bennett Pembohong' di Pawai Yahudi

CNN Indonesia
Kamis, 17 Jun 2021 14:00 WIB
Pekik anti-Arab dan 'Naftali Bennett pembohong' menggema di pawai Yahudi pada Selasa (15/6) lalu, menunjukkan penolakan kubu nasionalis Israel terhadap PM baru.
Peserta pawai Yahudi membawa poster bertuliskan 'Bennett pembohong.' (Reuters/Ammar Awad)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pekik "Matilah orang Arab" dan "Naftali Bennett pembohong" menggema di pawai Yahudi di Yerusalem Timur pada Selasa (15/6) lalu, menunjukkan penolakan kubu nasionalis Israel terhadap PM baru.

Dikenal sebagai ajang para nasionalis ekstrem, pawai Yahudi tahunan itu memang kerap menjadi ajang menyerang komunitas Arab.

Namun kini, nama PM yang baru dilantik pada Minggu (13/6) lalu, Naftali Bennett, juga menjadi sasaran olok-olok peserta pawai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

The Times of Israel melaporkan bahwa sejumlah peserta pawai bahkan terlihat membawa foto sang PM Baru dengan tulisan, "Bennett pembohong."

Sebagaimana dilansir AFP, kubu nasionalis ekstrem atau ultra-Ortodoks di Israel memang khawatir dengan koalisi baru yang memerintah negara Zionis itu sekarang.

Untuk menambah kekuatan, koalisi bentukan rival Benjamin Netanyahu di pemilu, Yair Lapid, itu memang menggandeng partai Arab, Ra'am.

Seorang jurnalis dari Jerusalem Post, Peggy Cidor, mengatakan kepada AFP bahwa banyak pejabat ultra-Ortodoks "khawatir dengan pemerintahan baru ini."

Sejak awal pembentukan koalisi, partai-partai Ortodoks ekstrem memang menolak ikut serta. Mereka khawatir koalisi baru itu bertentangan dengan "nilai-nilai Yahudi."

Beberapa hari sebelum pemerintahan baru itu dilantik, kepala Partai Shas sekaligus mantan Menteri Dalam Negeri Israel, Arye Deri, bahkan terang-terangan mengolok koalisi tersebut.

"[Koalisi ini] membuang semua nilai yang sudah diagungkan Yahudi selama ribuan tahun ke tempat sampah," ujar Deri.

Sebagai sosok nasionalis garis keras yang digadang menjadi PM dari koalisi baru ini, Bennet pun langsung melawan.

"Para anggota parlemen ultra-Ortodoks tak bisa mengajarkan kepada saya apa itu Yudaisme," kata Bennett.

[Gambas:Video CNN]

Namun di balik itu semua, seorang profesor ahli politik dari Universitas Bar Ilan, Ilan Greilsammer, mengatakan bahwa kekhawatiran kubu ultra-Ortodoks sebenarnya bukan sekadar "nilai-nilai Yahudi."

Menurutnya, selama ini ada dua partai ultra-Ortodoks besar dalam perpolitikan Israel, yaitu Partai Shas dan United Torah Judaism (UTJ). 

Selama pemerintahan Benjamin Netanyahu, UTJ memegang kendali atas komite keuangan parlemen. Namun kini, mereka kehilangan kendali atas komite tersebut.

Selain itu, beberapa kubu ultra-Ortodoks juga khawatir koalisi baru ini dapat membawa nilai-nilai Yudaisme dari aliran lain.

(has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER