Indonesia secara khusus menyoroti beberapa hal pada pertemuan kedua G20 yang digelar virtual pada 12-13 Juli lalu. Salah satunya, tentang kolaborasi menghadapi pandemi Covid-19, serta terkait berbagai kesepakatan G20 pada 2021 yang mendukung pemulihan kesehatan dan ekonomi pascapandemi.
Duta Besar sekaligus Staf Khusus Menteri Luar Negeri untuk Penguatan Program-program Prioritas Dian Triansyah Djani menegaskan bahwa kesepakatan G20 harus ditindaklanjuti secara nyata.
"Kesepakatan G20 harus dapat ditindaklanjuti dengan implementasi konkret," ujar Djani dalam keterangan tertulis, Rabu (14/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Djani, hal tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai kesepakatan dan peningkatan kerja sama pada sektor-sektor tertentu, seperti kesehatan dan pendidikan. Sementara pada penanganan pandemi, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan bersama.
"G20 perlu memastikan akses vaksin yang adil dan terjangkau, mendukung fleksibilitas dari kesepakatan TRIPS (Trade-related Intellectual Property Rights), serta memberikan transfer teknologi dan pembangunan kapasitas produksi di negara berkembang," paparnya.
Hal berikutnya yang juga disampaikan Co-Sherpa G20 Indonesia adalah urgensi persiapan tenaga kerja terampil, serta pentingnya pendidikan vokasi, termasuk soal reskilling dan upskilling bagi masyarakat yang terdampak pandemi.
"Ditekankan juga pentingnya meningkatkan kepercayaan terhadap sistem perdagangan dunia, dan perlunya memberikan perhatian lebih pada isu digitalisasi yang merupakan cross-cutting issue," ujar Djani.
Bersama Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa, dan Sumber Daya Alam Edi Pambudi, Dian hadir sebagai Co-Sherpa G20 Indonesia. Sherpa merupakan sebutan untuk pejabat tinggi dari negara-negara anggota G20. Berasal dari bahasa Tibet, Sherpa berarti penunjuk jalan.
Sherpa G20 berperan menavigasi berbagai kerja sama yang terlaksana dalam kerangka G20, sekaligus memastikan kesepakatan bagi para pemimpin G20 dapat tercapai. Indonesia sendiri adalah salah satu calon presiden G20 pada 2022 mendatang.
Saat ini, Indonesia terlibat sebagai salah satu negara Troika bersama Arab Saudi yang adalah Presiden G20 tahun 2020, serta Italia selaku pemegang Presidensi G20 untuk 2021. Tahun ini, Presidensi Italia mengambil tema Manusia, Planet, Kesejahteraan (People, Planet, Prosperity).
Pada pertemuan tersebut, secara umum Sherpa mendiskusikan perkembangan kerja sama dan perundingan G20 pada berbagai kelompok kerja, dengan pembahasan mencakup bidang pendidikan, ketenagakerjaan, pemberdayaan perempuan, anti-korupsi, budaya, pertanian, pembangunan, kesehatan, keuangan, perdagangan dan investasi, dan ekonomi digital.
Sebagai informasi, G20 merupakan forum 19 negara dan sebuah organisasi regional (Uni Eropa) yang mewakili 85 persen GDP dunia, 75 persen perdagangan dunia, 80 persen investasi global, dan dua pertiga penduduk dunia. G20 diketahui secara luas memiliki kapasitas besar untuk menciptakan momentum kesepakatan multilateral. Karena itu, Indonesia terus memastikan agar G20 dapat memberikan sumbangsih konkret terhadap penanganan krisis akibat pandemi Covid-19.
(rea)