Pemerintah China akan melarang lagu-lagu karaoke yang dianggap "membahayakan keamanan nasional". Hal itu sejalan dengan upaya negara untuk mengontrol suara masyarakat.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China bakal memblokir lagu-lagu yang mengandung "konten ilegal" seperti membahayakan keamanan dan persatuan nasional, menghasut kebencian etnis, atau mempromosikan aliran sesat, perjudian, dan kejahatan.
Pemerintah China sendiri diketahui secara teratur rutin menghapus lagu-lagu yang dinilai "tidak benar secara politis" dari layanan streaming musik domestik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, dalam keterangan yang diterbitkan pada Selasa (10/8), pihak kementerian tidak mengungkapkan lagu-lagu apa saja yang sudah termasuk dalam "daftar hitam" tersebut. Selain itu, kementerian juga tidak menjelaskan bagaimana sebuah lagu dapat dinilai membahayakan keamanan nasional.
Namun, undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan oleh Pemerintah China di Hong Kong pada tahun lalu secara efektif mengkriminalisasi pertunjukan umum dari lagu-lagu yang dinyanyikan selama protes anti-pemerintah yang mengguncang kota semi otonom pada 2019.
Pada 2019, situs streaming musik China diketahui telah menghapus lagu protes tidak resmi, termasuk lagu Les Miserables "Do You Hear The People Sing", serta beberapa lagu oleh musisi rock Tiongkok Li Zhi yang merujuk pada protes Lapangan Tiananmen 1989.
Nantinya, peraturan yang akan mulai berlaku pada 1 Oktober itu mengharuskan penyedia tempat karaoke untuk mengaudit katalog lagu yang mereka sediakan kepada pengunjung.
Selain itu dalam peraturan yang sama , Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China juga dapat membentuk kelompok peninjau ahli pusat untuk lagu-lagu yang beredar.
Sebagaimana diberitakan oleh kantor berita Xinhua, salah satu sumber dari kementerian yang enggan disebutkan namanya menilai penegakan hukum dan pengawasan terhadap kebijakan ini akan sangat sulit. Pasalnya, ada hampir 50 ribu tempat karaoke dan hiburan yang tersebar di seluruh negeri.
"Perpustakaan lagu dasar dari sistem tempat karaoke dapat memiliki lebih dari 100 ribu lagu, dan mungkin sulit bagi operator tempat untuk mengidentifikasi trek ilegal," ujar sumber tersebut.
Lihat Juga : |
Setelah beredar di media sosial milik China, yakni Weibo, kebijakan tersebut mendapat hujatan dari masyarakat di sana.
"Budaya kita telah mundur 15 tahun. Berapa banyak orang yang masih pergi ke karaoke sekarang dan masih perlu 'bersikap positif' -- mengapa mereka tidak menyanyikan lagu kebangsaan saja setiap hari?" ungkap salah satu pengguna dalam unggahannya.
(tfq/sfr)