Iran Dilanda Gelombang Kelima Covid-19, Kasus Harian 42 Ribu

CNN Indonesia
Kamis, 12 Agu 2021 09:51 WIB
Gelombang kelima infeksi virus corona (Covid-19) di Iran membuat pemerintah setempat semakin kerepotan.
Korban meninggal infeksi Covid-19 di Iran. (AP/Ebrahim Noroozi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Gelombang kelima infeksi virus corona (Covid-19) di Iran membuat pemerintah setempat semakin kerepotan.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, mengatakan Covid-19 menjadi persoalan utama di negara itu dan mendesak pemerintah lebih giat dan gencar menanggulangi, serta menggenjot produksi vaksin.

"Pandemi adalah masalah nomor satu di Iran hari ini. Jumlah orang yang terinfeksi dan meninggal sangat menyedihkan. Ini adalah masalah gawat yang harus segera diatasi," kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan melalui televisi, seperti dilansir Reuters, Kamis (12/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khamenei mendesak pemerintah Iran yang saat ini dipimpin Presiden Ebrahim Raisi supaya menggiatkan upaya untuk mengimpor dan membuat vaksin Covid-19 mandiri. Padahal pada Januari lalu Khamenei melarang impor vaksin Covid-19 buatan Amerika Serikat dan Inggris.

Penambahan kasus infeksi Covid-19 di Iran dalam sehari mencapai 42 ribu. Negara itu menjadi yang paling parah terdampak pandemi dibanding negara lain di kawasan Timur Tengah.

Menurut Kementerian Kesehatan Iran pada Rabu (11/8) kemarin tercatat ada 42.541 kasus baru Covid-19, sehingga secara kumulatif kasus virus corona di negara itu mencapai 4.281.217.

Sedangkan korban meninggal Covid-19 di Iran pada Rabu kemarin bertambah 536 orang, sehingga total menjadi 95.647. Pemerintah menuduh penyebaran Covid-19 varian Delta sebagai penyebab utama lonjakan kasus infeksi.

Sejumlah pakar kesehatan Iran memperkirakan kematian harian akibat Covid-19 di negara itu bisa mencapai 800 orang dalam beberapa pekan mendatang jika tidak ada terobosan dari pemerintah.

Selain itu, sejumlah rumah sakit di beberapa kota di Iran sudah penuh merawat pasien Covid-19. Pemerintah Iran juga menetapkan 31 provinsi masuk dalam zona merah Covid-19.

Sampai saat ini baru empat persen dari 83 juta penduduk Iran yang disuntik vaksin Covid-19. Para warganet Iran menyatakan pemerintah lamban dalam menggelar program vaksinasi.

Di sisi lain Iran menyalahkan sanksi AS yang membuat mereka kesulitan mengimpor vaksin atau alat-alat kesehatan. Meski begitu AS tidak melarang Iran mengimpor bahan makanan, obat-obatan atau bahan kebutuhan pokok lain dalam sanksi yang kembali diterapkan di masa pemerintahan Presiden Donald Trump pada 2018 silam.

Saat ini Iran menggunakan vaksin impor dan produksi dalam negeri, COVIran Barakat, dalam program vaksinasi. Mereka mengimpor vaksin melalui kerja sama COVAX yang digagas Aliansi GAVI dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

(ayp/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER