Resah Hati Perempuan Afghanistan di Bawah Kuasa Taliban

CNN Indonesia
Jumat, 20 Agu 2021 20:19 WIB
Kaum perempuan Afghanistan resah akan masa depan mereka setelah Taliban berkuasa, terutama yang menjadi tulang punggung keluarga.
Ilustrasi perempuan Afghanistan. (AFP/WAKIL KOHSAR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Beberapa hari usai Taliban merebut Ibu Kota Kabul, Afghanistan, tidak ada lagi perempuan yang berani melenggang keluar rumah. Jika pun ada, hanya terlihat segelintir.

Para perempuan yang memiliki toko memilih menutup sementara usahanya. Saat berada di luar ruangan mereka juga sengaja mengenakan burkak agar tak menarik perhatian.

"Saya merasa seperti seorang tahanan. Saya tidak berani melangkah keluar dari rumah saya," kata seorang jurnalis perempuan di Afghanistan, dikutip Reuters, Jumat (20/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan Taliban terhadap saya jika mereka mengenali saya sebagai jurnalis perempuan yang sudah membuat ratusan laporan mengungkap tindakan mereka terhadap rakyat Afghanistan," lanjutnya.

Sang jurnalis yang menyembunyikan identitasnya itu mengatakan sudah menutup akun media sosial miliknya. Dia juga menghapus data di komputer, menghancurkan foto-foto dirinya, dan menyembunyikan penghargaan yang diraih selama menjadi jurnalis.

Dia tidak mempercayai janji Taliban yang menyatakan membolehkan perempuan tetap bekerja atau berkegiatan di luar rumah.

"Taliban mengatakan perempuan bisa bekerja dengan mengenakan hijab Islami, tapi siapa yang tahu apakah mereka akan mengizinkan anak perempuan dan perempuan untuk belajar dan bekerja? Tidak ada jaminan mengingat catatan masa lalu mereka," tambahnya.

Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996 hingga 2001. Ketika itu, mereka menerapkan syariat Islam sesuai interpretasi ultra konservatif.

"Jika saya terpaksa tinggal di rumah, tidak diizinkan bekerja atau meninggikan suara, saya akan menganggap diri saya mati bahkan jika mereka tidak membunuh saya secara fisik," lanjut jurnalis perempuan itu.

Salah satu penata rambut yang bekerja di salon besar di Kabul mengatakan tak ada pegawai perempuan yang berani kembali bekerja setelah Taliban bercokol di kota itu.

"Setidaknya 24 keluarga mengandalkan penghasilan dari satu tempat ini. Saya kira itu hanya tinggal kenangan, sekarang," kata penata rambut itu.

"Tidak ada perempuan yang siap untuk kembali dan bekerja di sana karena takut Taliban," imbuhnya.

Perempuan di Afghanistan yang menjadi satu-satunya tulang punggung bagi keluarga sangat khawatir tentang nasib mereka jika dilarang bekerja oleh Taliban.

Resah Hati Perempuan Afghanistan di Bawah Kuasa Taliban

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER