Pengungsi Afghanistan Gelar Demo di Depan UNHCR Jakarta Besok
Pengungsi Afghanistan akan menggelar demonstrasi di depan kantor Badan Pengungsi PBB (UNHCR) di Jakarta besok, Selasa (24/8), untuk menuntut kejelasan status penempatan mereka.
"Kami pengungsi Afghanistan berencana menggelar protes besok," ujar salah satu pengungsi Afghanistan, Hakmat, kepada CNNIndonesia.com.
Hakmat mengatakan bahwa ia memperkirakan sekitar 200-500 pengungsi akan ikut serta dalam aksi damai tersebut.
"Diperkirakan 200-500. Saya tak bisa menyebut angka pasti. Mungkin akan lebih banyak," ucap Hakmat.
Hakmat mengakui mereka memang belum mengantongi izin dari aparat setempat. Namun, mereka tetap akan menggelar aksi karena para pengungsi tak punya pilihan lain.
"Kami tahu situasi Covid-19 di Indonesia dan pemerintah memberlakukan lockdown yang tak memperbolehkan perkumpulan atau protes, tapi kami putus asa dan tak punya solusi lain selain menyampaikan suara kami dan mengatakan kepada dunia mengenai masalah dan kekhawatiran kami," tutur Hakmat.
Hakmat sendiri sudah terkatung-katung di Jakarta sejak 2013 lalu, ketika Australia menutup pintunya bagi para pengungsi.
Sementara itu, Indonesia bukan pihak yang menandatangani Konvensi Wina sehingga tak bertanggung jawab atas penempatan pengungsi. Para pengungsi di Indonesia menanti keputusan UNHCR untuk menempatkan mereka di negara lain.
Sejak saat tiba di Jakarta, Hakmat terus berkomunikasi dengan UNHCR dan IOM. Namun, dalam beberapa tahun belakangan, UNHCR dan IOM selalu menyatakan bahwa kesempatan mereka untuk ditempatkan di negara lain kurang dari satu persen, itu pun hanya untuk kaum rentan.
"Mereka mendorong para pengungsi untuk repatriasi [pulang ke negara asal] secara sukarela. Namun, situasi di Afghanistan sekarang sangat buruk dan kami tak bisa ke mana-mana dan kami juga khawatir dengan keluarga kami," kata Hakmat.
Dalam siaran persnya, Hakmat bercerita bahwa ia menerima pesan dari keluarganya yang masih berada di Afghanistan mengenai situasi di kampung halaman mereka.
Menurut keluarga Hakmat, situasi di Afghanistan semakin kacau setelah Taliban mengambil alih kekuasaan. Keluarga Hakmat pun terus dirundung bahaya.
"Salah satu anggota keluarga saya bercerita bahwa semua orang di kampung saya sudah mengirimkan putri-putri mereka ke luar Afghanistan karena Taiban kerap mengambil paksa gadis untuk dijadikan istri. Semua orang takut dan berupaya kabur," tulis Hakmat.
(has)