Pengamat: AS-Taliban Bisa Diam-diam Kerja Sama Lawan ISIS

CNN Indonesia
Jumat, 27 Agu 2021 15:52 WIB
Pengamat intelijen dan terorisme mengungkapkan ada kemungkinan AS dan Taliban menjalin kerja sama secara diam-diam melawan ISIS-K, tapi tak secara terbuka.
Ilustrasi Taliban. (AP/Rahmat Gul)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat intelijen dan terorisme, Stanislaus Riyanta, mengungkapkan ada kemungkinan Amerika Serikat dan Taliban menjalin kerja sama secara diam-diam untuk melawan ISIS-K menyusul serangan bom di Kabul.

"AS akan memerangi ISIS, tapi untuk bekerja sama secara terbuka dengan Taliban kecil kemungkinannya," katanya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (27/8).

Ia kemudian berkata, "Cara yang bisa digunakan adalah secara underground (bawah tanah atau diam-diam) memberikan dukungan kepada Taliban untuk melawan ISIS, tapi tidak secara terbuka."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dukungan yang bisa diberikan AS kepada Taliban, kata Stanislaus, bisa berupa senjata, informasi, atau pendanaan.

"Tetapi yang jelas, AS kecil kemungkinan bekerja sama secara terbuka dengan Taliban untuk melawan ISIS-K," katanya.

Ego AS di mata Stanislaus sangat kuat, apalagi Presiden Joe Biden sudah menyatakan akan memburu pelaku. Menurutnya, AS akan unjuk kekuatan sebagai negara adidaya untuk melawan ISIS-K.

AS selama 20 tahun mengerahkan tentaranya untuk mencegah Taliban berkuasa. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Pada 15 Agustus lalu, kelompok ini berhasil menduduki istana kepresidenan.

Di sisi lain, Taliban bertahun-tahun merencanakan strategi dan melatih pasukannya untuk melawan dominasi AS di Afghanistan.

Di tengah proses evakuasi yang dilakukan AS menjelang tenggat waktu, terjadi dua ledakan bom di Kabul pada Kamis (26/8) malam, waktu setempat.

Akibat insiden itu, total 73 orang tewas. Dari jumlah itu, 13 di antaranya merupakan tentara AS, sementara 60 sisanya adalah warga sipil.

Stanislaus mengatakan bahwa aksi yang terjadi di Kabul lebih menunjukkan bahwa Taliban akan mendapat perlawanan kuat, terlebih ISIS juga sudah menyatakan bertanggung jawab atas bom bunuh diri tersebut.

"Meskipun korban dan sasarannya adalah AS, namun ini bukti bahwa Taliban belum bisa mengendalikan situasi," katanya.

[Gambas:Video CNN]

Bom di Kabul menjadi bukti bahwa kelompok anti-Taliban menunjukkan perlawanan dan eksistensi.

Menurut Stanislaus, meski ada kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, saat ini koalisi masih sulit ditebak. Namun, Taliban tak akan mudah mendapatkan kekuasaan mengingat kelompok anti-Taliban juga memiliki kekuatan.

"Amerika saya duga justru melakukan wait and see, dan melihat bagaimana faksi-faksi di Afghanistan melakukan gerakan," kata Stalinsius.

Dalam kondisi terdesak, lanjutnya, sangat mungkin pihak yang lemah melakukan pembauran agar bertahan. Namun, hal itu juga tidak mudah mengingat faksi-faksi di Afghanistan mempunyai identitas tersendiri.

(has/isa/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER