Senada dengan Rezasyah, Aleksius juga menganggap AS harus berhati-hati karena reputasinya yang kian tergerus di mata sekutu, terutama karena kemampuan intelijennya yang dipertanyakan.
Sekutu AS, katanya, perlu mendapat jaminan baru bahwa intelijen internasional negara itu benar-benar bisa bekerja profesional secara akurat dan siap berbagi informasi di waktu yang tepat.
"Jika tidak, sekutunya agak enggan untuk burden sharing (berbagi beban) lagi ke depan," ujar Aleksius.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aleksius menganggap AS memang tak akan sampai ditinggal sekutunya dan masih menjadi negara adidaya. Namun, kekuatan AS akan dipertanyakan karena saat ini Negeri Paman Sam sangat membutuhkan konsolidasi kuat dengan sekutu-sekutunya.
Ia menganggap konsolidasi ini sangat penting di tengah peningkatan dominasi China di wilayah Asia, juga Rusia di bagian Eropa.
Serupa, Rezasyah pun mempertanyakan kemampuan AS mempertahankan strategi besar di Indo-Pasifik, kawasan yang disebut-sebut bakal menjadi prioritas Washington setelah hengkang dari Afghanistan.
"Jadi berat sekali AS sekarang. Dia keluar dari Afghanistan dan dia ingin mengalihkan energi dia ke Indo-pasifik. Dan Indo-Pasifik itu, dia berhadapan dengan China kembali, dan dengan China tersebut dia kesulitan," ucapnya.
Meski kini reputasi AS tercoreng, Rezasyah memperkirakan citra Negeri Paman Sam akan berangsur pulih.
"Untuk jangka pendek, reputasi AS menurun. Namun biasanya, dengan diplomasi publiknya, reputasi AS dapat pulih dengan cepat," kata Rezasyah.
(isa/has)