Israel mencatat rekor kasus Covid-19 dengan 10.947 infeksi virus corona dalam 24 jam terakhir hingga Selasa (31/8). Meski demikian, pemerintah tetap memberlakukan sekolah tatap muka mulai hari ini, Rabu (1/9).
Times of Israel melaporkan bahwa kasus Covid-19 pada Selasa ini merupakan yang tertinggi selama pandemi melanda negara itu. Jumlah itu melampaui rekor harian sebelumnya yang mencapai 10.118 kasus pada 18 Januari lalu.
Kenaikan kasus ini diduga akibat pandemi kian buruk ditambah tes Covid-19 massal yang kian digencarkan sepanjang Agustus menjelang tahun ajaran baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data terbaru, mayoritas warga yang terkena Covid-19 belakangan ini merupakan anak-anak. Artinya, sebagian besar kasus baru berisiko lebih rendah mengalami sakit serius, dan belum bisa divaksinasi.
Menurut situs berita Ynet, 33 persen dari mereka yang dites positif pada hari Senin masih berusia di bawah 11 tahun, sebanyak 15 persen berusia 12-18 tahun, dan hanya 4 persen yang berusia di atas 60 tahun.
Rata-rata angka positif dari mereka yang diuji tetap di atas 7 persen selama tiga hari berturut-turut. Di hari Senin, ada 137.410 sample yang dites.
Kepala Layanan Kesehatan Masyarakat di Kementerian Kesehatan Israel, Sharon Alroy Preis, mengatakan lonjakan kasus baru itu mengkhawatirkan.
"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk menurunkannya. Kami meminta untuk lebih membatasi pertemuan besar, tetapi kabinet lah yang membuat keputusan seperti itu," katanya.
Kementerian Kesehatan Israel melarang pertemuan terbuka lebih dari 5.000 orang untuk acara massal seperti konser. Sementara itu, acara pribadi dibatasi maksimal 500 orang.
Meski kasus melonjak, pemerintah Israel tetap akan melanjutkan rencana pembelajaran tatap muka pada hari ini.
Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengatakan lonjakan kasus dapat dikendalikan dengan vaksinasi dan protokol kesehatan seperti pemakaian masker.
Sebagaimana dilansir The Guardian, pemerintah sudah mendorong penduduk berusia 12 tahun ke atas untuk menerima dosis ketiga vaksin Pfizer/BioNTech.
Israel memang tetap menjalankan booster meski Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengimbau agar dunia menunda penyuntikan dosis ketiga hingga September, lantaran masih ada kesenjangan vaksin di negara miskin.
Bennet mengungkapkan bahwa peluncuran program booster ini menunjukkan hasil, terutama mencegah kenaikan kasus rawat inap.
Sejauh ini, sudah ada 60 persen dari 9,3 juta penduduk Israel menerima dua dosis vaksin, termasuk 80 persen orang dewasa.
Penduduk yang sudah menerima dosis booster sebanyak 23 persen atau 2,1 juta jiwa sejak kampanye program ini dimulai pada 1 Agustus lalu.
Pada Desember tahun lalu, Israel menjadi negara pertama yang meluncurkan kampanye vaksinasi nasional. Vaksinasi ini berdampak pada penurunan kasus harian Covid-19.
Di Bulan Juni, Israel pun mencabut sebagian besar aturan, salah satunya tak lagi diwajibkan memakai masker. Namun, varian Delta turut menyerang negara ini, sehingga kasus mulai fluktuatif.
Pemerintah Israel lantas menerapkan kembali sejumlah aturan, termasuk pemakaian masker dalam ruangan, pembatasan pertemuan, dan syarat menunjukkan bukti vaksinasi untuk memasuki fasilitas tertentu.
Hingga kini, total kasus Covid di Israel 1.06 juta dengan 7.043 kematian.
(isa/has)