Taliban Berebut Lembah Panjshir, AS Ingatkan Perang Sipil

CNN Indonesia
Minggu, 05 Sep 2021 15:00 WIB
AS memperingatkan potensi perang sipil, jika Taliban gagal mengkonsolidasikan kekuasaan menyusul perebutan Lembah Panjshir Afghanistan. (AFP/Ahmad Sahel Arman).
Jakarta, CNN Indonesia --

Salah satu Jenderal ternama Amerika Serikat (AS), Mark Milley, memperingatkan potensi perang sipil, jika Taliban gagal mengonsolidasikan kekuasaan menyusul pertempuran dengan kelompok milisi yang saat ini berebut Lembah Panjshir di Afghanistan.

"Perkiraan militer saya adalah apakah kondisi tersebut mungkin akan berkembang menjadi perang saudara. Saya tidak tahu apakah Taliban mampu mengonsolidasikan kekuasaan dan membangun pemerintahan," terang Milley, seperti dilansir Reuters, Sabtu (4/9).

Milley menerangkan lebih lanjut, jika Taliban gagal melakukannya, maka kelompok teroris akan tumbuh selama tiga tahun ke depan.

"Pada gilirannya akan mengarah pada pembentukan kembali Al-Qaeda atau pertumbuhan ISIS atau kelompok teroris lain," paparnya.

Sebelumnya, pertempuran sengit antara Taliban dengan pasukan anti-Taliban atau Front Perlawanan Nasional (FNF) kembali pecah di Lembah Panjshir, Sabtu (4/9).

FNF mengakui bahwa pihaknya mulai terdesak. Namun, perlawanan masih terus berlanjut dan akan tetap berlanjut.

Berdasarkan pernyataan Taliban dan NRF di media sosial, distrik utama di Lembah Panjshir, yakni Paryan sudah beberapa kali pindah tangan dalam sepekan terakhir. Namun, klaim itu belum bisa diverifikasi secara independen.

Sementara, NRF mengklaim pertempuran masih berlanjut, gerilyawan Taliban di sejumlah wilayah merayakan kemenangannya dengan menembakkan ke udara.

Juru Bicara Taliban Bilal Karimi mengaku telah berhasil merebut distrik Khinj dan Anabah di provinsi Panjshir.

Imbasnya, setidaknya 17 orang tewas dan 40 lainnya luka-luka. "Kami telah menerima sejumlah orang yang terluka di Pusat Bedah Anabah," ungkap organisasi bantuan medis Italia, Emergency, dalam pernyataan resminya.

Perlawanan terhadap Taliban tak hanya dilakukan oleh NRF. Sekelompok perempuan di Herat dan Kabul menggelar demonstrasi menuntut keadilan dan kesetaraan.

Di Kabul, demo dibubarkan oleh gerilyawan Taliban. Berdasarkan rekaman video yang beredar, mereka menutup mulut para peserta aksi. Salah satu yang terlibat dalam demo itu juga menuturkan Taliban menggunakan gas air mata dan tembakan efek kejut, taser.

"Mereka juga memukul kepala perempuan dengan magasin senjata dan perempuan itu berdarah," kata salah satu demonstran, Soraya.

Taliban hari ini masih sibuk menyusun struktur pemerintahan. Di kepemimpinan kali ini, mereka mengklaim akan membentuk pemerintahan yang inklusif dan terbuka. Namun, sejumlah pihak masih skeptis akan hal tersebut.

Terlebih wilayah Afghanistan yang luas, tak bisa dipantau semuanya oleh Taliban. Hal ini akan memunculkan persepsi yang berbeda soal syariat Islam.

Daftar nama yang menduduki posisi menteri memang sudah mencuat ke publik, namun sejauh ini Taliban belum mengeluarkan pernyataan resminya.

(nsa/bir)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK