China disebut diam-diam tak lagi mendukung junta militer Myanmar dalam Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sebelumnya, junta militer yang mengkudeta pemerintahan sipil Myanmar berusaha mendapat pengakuan internasional di PBB.
Foreign Policy melaporkan, Amerika Serikat dan China telah menengahi kesepakatan yang akan memblokir junta militer dalam pidatonya pekan depan di Majelis Umum PBB. Hal ini menjadi pukulan bagi junta di tengah upayanya mendapat legitimasi internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat yang sama, Duta besar Myanmar untuk PBB, U Kyaw Moe Tun, tak mewakili pemerintah tandingan, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) dan harus menahan diri untuk tidak mengecam perebutan kekuasaan yang dilancarkan militer pada 1 Februari lalu.
Junta pernah memecat Kyaw Moe Tun sebagai utusan Myanmar dan menganggapnya bukan perwakilan negara itu di PBB.
Langkah itu juga akan menunda upaya apapun penguasa Myanmar yang mendesak negara anggota PBB mengakui pemerintahannya, setidaknya hingga November.
"Apa yang kami dengar dan ini tampaknya semakin solid, adalah komite kredensial akan menunda. Mereka akan mengatakan bahwa mereka tak dapat menarik kesimpulan tegas sekarang, dan itu akan mendorong (U kyaw Moe Tun) tetap bertahan," kata perwakilan PBB, Richard Gowan, di International Crisis Group, dikutip The Irrawaddy, Selasa (14/9).
"Tampaknya ada kesempatan diam-diam bahwa duta besar saat ini akan bersikap rendah hati selama minggu ini dan tak akan menggunakan kesempatan untuk menyerang rezim," tambah Gowan.
Pengaturan itu sudah disahkan secara informal oleh perwakilan Uni Eropa, Anggota ASEAN dan Rusia, menurut Foreign Policy.
Beberapa anggota partai, yang digulingkan militer, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) juga mengatakan China diam-diam melobi PBB untuk mempertahankan U kyaw Moe Tun di kursi PBB. Tapi tak memungkinkan dia berbicara.
Diplomat China juga mengindikasikan bahwa mereka tak yakin mendukung junta militer di PBB menyoal masalah tersebut.
Sebelumnya, Cina mendukung rezim di Dewan Keamanan PBB. Utusan khusus China, Sun Guo Xiang melakukan kunjungan rahasia ke Myanmar, pada akhir Agustus lalu.
Guo Xiang bertemu dengan pemimpin kudeta, Min Aung Hlaing dan Menteri Luar Negeri versi junta, U Wunna Maung Lwin serta Menteri urusan Pemerintah Persatuan, Yar Pye.
Selama kunjungan itu, utusan China mendorong junta agar melakukan pembicaraan dengan Aung San Suu Kyi, untuk tidak membubarkan NLD.