Kedubes Beberkan Fakta Krisis BBM di Inggris
Kedutaan Besar Inggris di Jakarta menegaskan bahwa negaranya tidak sedang mengalami krisis kekurangan bahan bakar minyak (BBM) seperti yang diberitakan dalam beberapa waktu terakhir.
Kedubes Inggris menjelaskan bahwa saat ini Inggris tengah menghadapi kekurangan pekerja pengemudi truk berat heavy weigh vehicle (HGV) sehingga ada keterlambatan pengiriman pasokan BBM ke kota-kota.
"Masalah yang kita lihat selama beberapa hari terakhir ini adalah kekurangan pengemudi truk berat HGV (Heavy Goods Vehicle) yang bersifat sementara karena Covid-19, seperti yang terjadi di negara lain seperti Jerman dan Polandia," kata Kedutaan Inggris melalui pernyataan, Jumat (1/10).
Pihak kedutaan juga menyampaikan bahwa pemerintahnya tengah melakukan berbagai tindakan untuk menangani masalah tersebut, salah satunya mengerahkan personel militer untuk menjadi sopir truk BBM guna memulihkan rantai pasokan.
Tak hanya itu, Inggris juga menyediakan 5.000 visa bagi pekerja migran calon pengemudi truk HGV untuk periode tiga bulan hingga memberikan bantuan jangka pendek untuk industri pengangkutan menjelang Hari Natal.
Inggris juga memperpanjang izin mengemudi ADR (izin untuk mengemudikan kendaraan yang mengangkut bahan berbahaya) untuk menghindari para pekerja sopir yang terkena imbas pembatasan Covid-19 supaya tidak dikeluarkan.
Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson juga menawarkan upah dan lingkungan kerja yang lebih baik demi menarik minat para pencari kerja melamar sebagai sopir HGV.
Selain itu, Inggris juga berencana akan menginvestasikan £10 juta (setara Rp165 miliar) untuk membuat kamp pelatihan pengemudi truk berat baru. Kamp ini digunakan untuk melatih hingga 3.000 pengemudi truk berat HGV guna menambah armada sopir.
Sebelumnya, media internasional seperti Reuters melaporkan banyak pom bensin yang terpaksa tutup di London dan kota besar di Inggris akibat kehabisan stok BBM.
Stok bensin tersebut habis lantaran keterlambatan pengiriman pasokan akibat kekurangan sopir truk pengangkut BBM.
Asosiasi Pengecer Bensin Inggris (PRA) mengatakan 50-90 persen pom bensin kehabisan stok BBM di beberapa daerah. PRA mewakili pengecer BBM independen yang kini mendominasi pasar bahan bakar di Inggris.
Banyak pihak menyalahkan Brexit atas kekurangan tenaga kerja terutama di sektor sopir truk BBM ini. Sebab, semenjak Brexit berlaku, Inggris tak banyak memiliki pilihan untuk merekrut pekerja, terutama pekerja migran.
Sejak Inggris resmi keluar dari Uni Eropa, sebanyak 25 ribu pengemudi truk kembali ke negara mereka.
Kekurangan pekerja ini semakin diperburuk dengan situasi pandemi Covid-19. Selama Covid-19, Inggris pun tidak bisa merekrut 40 ribu sopir truk akibat penutupan wilayah (lockdown).
Selain itu, perusahaan jasa pengangkut BBM juga mengaku lapangan pekerjaan sebagai sopir truk kurang diminati generasi muda.
(rds)