Ahli: Kapal Selam AS Lewati Medan Sulit LCS Saat Kecelakaan

CNN Indonesia
Sabtu, 09 Okt 2021 11:17 WIB
Laut China Selatan dinilai memiliki medan bawah laut tersulit di dunia bagi kapal selam.
Kapal selam USS Connecticut menabrak benda asing saat berpatroli di LCS. (Foto: Tangkapan layar web US Navy)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kapal selam bertenaga nuklir milik Amerika Serikat, USS Connecticut, disebut melewati medan bawah laut tersulit saat kecelakaan di Laut China Selatan pada pekan lalu.

Saat itu, USS Connecticut menabrak benda asing saat beroperasi di Laut China Selatan hingga melukai 11 personelnya.

Meski Angkatan Laut AS belum mengungkap hasil penyelidikan terkait benda apa yang ditabrak USS Connecticut, sejumlah pengamat mengatakan medan bawah air di Laut China Selatan bisa mendatangkan kesulitan bagi sistem sensor canggih milik kapal jenis Seawolf tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Benda itu bisa saja sebuah objek yang kecil sehingga terlewat oleh sistem sensor sonar kapal selam di perairan yang sibuk dan berisik seperti itu," kata Alessio Patalano, profesor strategi dan perang King's College London kepada CNN.

Menurut Patalano, Laut China Selatan memiliki lingkungan bawah laut paling sulit di dunia karena dilalui banyak kapal pada permukaannya sehingga ramai sensor dan sonar.

Di saat bersamaan, perairan itu juga memiliki kontur dasar laut yang terus berubah sehingga kerap mengejutkan awak kapal selam.

Sementara itu, USS Connecticut dibuat 1998 lalu dengan dilengkapi reaktor nuklir. Saat kecelakaan terjadi, kapal selam dengan berat 9.300 ton dan panjang 107 meter itu mengangkut 140 personel.

USS Connecticut dapat mengangkut lebih banyak senjata hingga peledak seperti 50 torpedo dan rudal Tomahawk dibandingkan kapal selam AS lainnya.

Angkatan Laut AS menuturkan meski USS Connecticut berusia lebih dari 20 tahun, kapal itu memiliki kapabilitas dan sensor paling canggih.

Dengan sistem sensor canggih itu, Patalano mengatakan semua jenis suara dari kapal di permukaan laut dapat mengaburkan sensor kapal selam yang mendeteksi benda-benda berbahaya di bawah laut.

Menurut US National Oceanic and Atmospheric Administration, kapal selam AL AS menggunakan sistem sonar pasif untuk mendeteksi objek di sekitarnya. Tidak seperti sonar aktif yang mengirimkan ping dan mencatat rentang waktu gema mereka kembali pada kapal, sonar pasif hanya mendeteksi suara yang datang ke arahnya.

Sonar pasif memang memungkinkan kapal selam menjadi tidak terdeteksi oleh musuh, tetapi itu berarti kapal tersebut hanya bergantung pada perangkat lain atau beberapa sonar pasif lainnya untuk melacak objek di sekitar jalurnya.

"Bergantung pada tempat kejadian, gangguan kebisingan (biasanya dari lalu lintas kapal di atas permukaan laut) memang bisa mempengaruhi sensor kapal selam, atau memang dari penggunaan sensor operator," kata Patalano.

Senada dengan Patalano, mantan kapten Angkatan Laut AS dan eks direktur operasi Pusat Intelijen Gabungan Komando AS di Pasifik (US Pasific Command), Carl Schuster, menilai Laut China Selatan memang medan tersulit bagi kapal selam.

"Ini adalah area dengan lingkungan akustik yang sangat buruk. Ambient noise dari arus yang lewat di antara pulau-pulau dan kondisi air yang tak konsisten mempengaruhi penerimaan akustik sonar," kata Schuster.

Schuster menuturkan perairan dan dasar laut di LCS kerap berubah dengan kurun waktu lambat, tapi tak dapat terhindarkan. Ia menegaskan hal itu lah yang menjadi alasan kenapa AS dan China getol melakukan patroli dan survei di perairan bersengketa itu.

"Ini adalah area yang membutuhkan pemetaan kontur bawah laut yang konstan. Anda dapat menabrak gunung bawah laut yang belum dipetakan di perairan itu," ucap Schuster menambahkan.



(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER