Namun, Turki kini disebut terus mengalami perubahan yang mengarah ke Islamisasi, terutama di bawah kepemimpinan Presiden Erdogan.
"Turki memang bertransformasi, tapi dari sekularisme assertif menjadi Islamis populis. Turki masih menerapkan konstitusi dan hukum sekuler, tetapi nilai-nilai keislaman tetap mendominasi kehidupan masyarakat Turki," kata Ahmet T. Kuru, Profesor Ilmu Politik San Diego State University dalam artikelnya Hagia Sophia, Islamism, and Secularism in Turkey.
Sebab, pemerintahan Turki di bawah Erdogan terus berupaya menerapkan nilai keislaman bahkan dalam urusan kenegaraan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu langkah terbaru Erdogan yang kontroversial adalah mengubah kembali salah satu situs keajaiban dunia UNESCO, Hagia Sophia, menjadi masjid pada 2020 lalu.
Lihat Juga : |
Selama Ottoman Turki berkuasa, bekas katedral itu memang diubah menjadi masjid. Sejak Republik Turki berdiri dan Ataturk berkuasa, Hagia Sophia, diubah menjadi museum.
Perubahan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid dilambangkan Erdogan sebagai kembalinya Islam yang berjaya di Turki.
Saat itu, Erdogan menganggap mengembalikan Hagia Sophia sebagai masjid menandai era sekuler di Turki berakhir.
Dalam banyak kesempatan, Erdogan kerap memuja kekaisaran Ottoman Turki sebagai era kejayaan Turki. Selama periode itu Islam memang begitu kuat dan disegani.
Erdogan, lulusan "pesantren" Imam Hatip High School, juga kerap mengkritik kebijakan Ataturk karena dinilai berupaya mempengaruhi Turki dengan nilai-nilai asing melalui pemerintahan yang sekuler.
(rds)