Rezim Taliban di Afghanistan mendesak para donor internasional dan negara maju untuk melanjutkan dukungan penuh bagi proyek-proyek ramah lingkungan dan penanganan perubahan iklim di negara itu.
Desakan terhadap komitmen internasional itu diutarakan Taliban menyambut KTT PBB soal perubahan iklim (COP26) yang tengah berlangsung di Glasgow, Skotlandia hingga 12 November mendatang.
"Afghanistan memiliki penanganan iklim yang rapuh. Kebutuhan demi menjalani proyek-proyek ini luar biasa," kata seorang diplomat senior Taliban, Suhail Shaheen, dalam kicauan di Twitter pada Minggu (31/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa proyek perubahan iklim yang telah disetujui dan didanai oleh Green Climate Fund, UNDP, Afghan Aid, harus dilanjutkan sepenuhnya," paparnya menambahkan seperti dikutip AFP.
Sejak mengambil alih pemerintahan Afghanistan pada Agustus lalu, Taliban masih belum mendapat pengakuan dari internasional.
Karena itu, Afghanistan di bawah rezim Taliban pun tidak akan hadir dalam KTT COP26.
Sementara itu, Shaheen menyoroti kekeringan parah yang terjadi di Afghanistan. Mengutip pernyataan para ahli, dia menuturkan kekeringan yang menurut PBB diperburuk oleh perubahan iklim ini dapat menempatkan 22 juta warga Afghanistan dalam ancaman "kelaparan akut".
Shaheen menekankan, bagaimanapun, Taliban akan dapat memastikan keamanan tim yang bekerja dalam proyek tersebut di tengah situasi Afghanistan yang tak menentu, terutama ancaman keamanan dari ISIS-Khorasan.
"Emirat Islam Afghanistan berkomitmen untuk menyediakan keamanan dan lingkungan yang aman untuk pekerjaan LSM dan organisasi amal," kata Shaheen.
Afghanistan merupakan salah satu negara miskin di Asia Selatan bahkan ketika negara itu diokupasi selama dua dekade oleh Amerika Serikat dan diperintah oleh Presiden Ashraf Ghani yang didukung negara Barat.
Perekonomian Afghanistan terus diambang kehancuran terutama setelah Taliban mengambil alih pemerintahan sekitar 15 Agustus lalu, dua pekan sebelum AS mengakhiri misinya selama dua dekade terakhir.
Rezim Taliban bahkan dilaporkan kehabisan uang dan mendesak pencairan aset-aset miliaran dolar di bank sentral AS dan bank sentral negara Eropa.
Afghanistan juga terus terancam bencana kelaparan setelah stok pangan yang disuplai Perserikatan Bangsa-Bangsa dikabarkan semakin menipis sejak September lalu.
Kepala Badan Kemanusiaan PBB di Afghanistan Ramiz Alakbarov juga telah mewanti-wanti hal ini.