Pengamat: China Tak Akan Akui Taliban sebelum Rusia dan Iran

CNN Indonesia
Rabu, 03 Nov 2021 14:51 WIB
Pengamat China menganggap Negeri Tirai Bambu tidak akan menjadi negara pertama yang mengakui pemerintahan Taliban. Menurutnya, China menunggu Iran dan Rusia.
Ilustrasi. (istockphoto/blackred)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah pengamat China menganggap Negeri Tirai Bambu tidak akan menjadi negara pertama yang mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Menurut mereka, China akan menunggu Iran dan Rusia.

"Segalanya akan berbeda ketika empat negara, yaitu China, Pakistan, Rusia, dan Iran mencapai konsensus mengenai hal ini. Kami tidak akan menjadi yang pertama," ujar pengamat Asia Selatan di Institut Hubungan Internasional Kontemporer di China (CICR), Hu Shisheng, seperti dikutip Reuters pekan lalu.

CICR merupakan lembaga think-tank resmi aparat keamanan nasional China. Dalam perbincangan dengan Reuters, Hu menyampaikan pandangan China mengenai keamanan dan memberikan informasi langka terkait perhitungan negaranya soal Afghanistan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga membahas harapan internasional agar Taliban dapat menghentikan penyebaran milisinya ke negara lain dan mencegah kekacauan.

Pasalnya, keamanan kawasan akan berdampak pada China dan rencana program "Belt and Road Initiative" yang mereka gagas.

Selain itu, ia juga membahas dugaan Amerika Serikat ingin memperkuat kerja sama militer dengan India setelah menarik pasukan dari Kabul.

Hal tersebut membuat India lebih berani dan cenderung mengambil risiko saat berhadapan dengan China.

Beberapa waktu belakangan, relasi China dan India tegang. Pasukan mereka bentrok di wilayah yang disengketakan di perbatasan Himalaya pada Juni 2020 lalu. Hingga saat ini, masih belum ada jalan keluarnya.

"Pertempuran baru tak bisa dikesampingkan sepenuhnya," tutur Hu.

Tak hanya itu, Hu juga menyuarakan ketakutan jika Amerika Serikat mengerahkan sumber daya untuk menciptakan "gangguan" bagi China di daerah-daerah seperti Laut Cina Selatan, Taiwan, dan Semenanjung Korea.

"Amerika Serikat menginvestasikan US$2 triliun (Rp28 ribu triliun) di Afghanistan selama 20 tahun terakhir. Bahkan jika mereka hanya menggunakan US$50 miliar (Rp714 triliun), China akan merasakan banyak tekanan," katanya.

[Gambas:Video CNN]

Setelah menarik diri dari Afghanistan, Amerika Serikat melakukan pembicaraan dengan negara-negara di kawasan, termasuk India, untuk mendirikan pangkalan untuk operasi kontra-terorisme. Hal ini membuat China khawatir.

"AS mengatakan pangkalan itu untuk memerangi teroris Afghanistan, tetapi itu bisa punya motif lain terkait dengan China dan Rusia," kata wakil ketua Institut China untuk Studi Strategis Internasional, Du Nongyi.

Asia Tengah adalah halaman belakang Rusia, katanya.

"Kita tidak bisa membiarkan Amerika Serikat punya pijakan."

(isa/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER