China dilaporkan tengah membangun kapal induk berteknologi mutakhir yang diperkirakan dapat diluncurkan pada Februari 2022 mendatang.
Perkiraan ini muncul setelah Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) merilis citra satelit yang diambil pada 23 Oktober lalu.
Berdasarkan citra satelit tersebut, China diduga tengah membangun kapal induk di Jiangnan, Shanghai, yang nyaris rampung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagaimana dilansir CNN, kapal yang diidentifikasi bernama Type 003 itu saat ini sudah dilengkapi komponen eksternal dan internal nyaris lengkap, termasuk pembangkit listrik dan sistem peluncur pesawat.
Menurut CSIS, kapal itu hanya membutuhkan sejumlah fitur lain, seperti radar dan sistem senjata, sebelum dapat dilepas ke Sungai Yangtze.
"Berdasarkan informasi dan observasi progres di Jiangnan, peneliti memperkirakan Type 003 akan dirilis sekitar tiga hingga enam bulan ke depan," demikian bunyi laporan CSIS yang dikutip CNN.
Jika kabar ini terkonfirmasi, China akan memiliki tiga kapal induk. Namun, berbeda dengan dua kapal pendahulunya, Liaoning dan Shandong, type 003 ini akan memiliki teknologi peluncur pesawat yang lebih canggih.
Kapal Type 003 ini dikabarkan bakal mempunyai sistem pelontar pesawat yang digunakan kapal-kapal induk milik Amerika Serikat.
Dengan pelontar tersebut, China dapat meluncurkan lebih banyak jenis pesawat dari Type 003. Selain itu, pelontar itu juga dapat meluncurkan jet lebih cepat dan membawa amunisi lebih banyak.
Kabar ini terkuak ketika AS sedang waswas akan perkembangan militer China beberapa waktu belakangan ini. Sebelumnya, AS juga dikabarkan khawatir karena Angkatan Laut China memiliki armada laut terbesar di dunia.
Pada akhir bulan lalu, Wakil Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat, Jenderal John Hyten, juga mengatakan bahwa China akan mengalahkan militer negaranya jika Pentagon tak segera berbenah.
Hyten melontarkan pernyataan ini sehari setelah Kepala Staf Gabungan AS, Mark Milley, mengonfirmasi bahwa China menguji coba rudal hipersonik.
Menurutnya, uji coba rudal itu sangat luar biasa. Ia bahkan menyandingkan momen itu dengan saat Uni Soviet meluncurkan satelit pertama di dunia, Sputnik, pada 1957.
"Yang kami lihat adalah peristiwa yang sangat signifikan dari uji coba sistem senjata hipersonik. Sangat mengkhawatirkan," ujar Milley kepada Bloomberg TV.
Ia kemudian berkata, "Saya tidak tahu betul mirip dengan momen Sputnik atau tidak, tapi saya rasa sangat mirip dengan itu. Ini merupakan peristiwa teknologi yang sangat signifikan dan kami sangat memperhatikannya."
Sementara itu, AS sendiri gagal menguji coba senjata hipersonik pekan lalu lalu. Kementerian Pertahanan AS menyatakan bahwa roket yang digunakan untuk mempercepat laju proyektil gagal meluncur sehingga uji coba tidak bisa dilanjutkan.
(has)