Di awal pandemi, strategi nol kasus Covid-19 ini memang dianggap manjur. Sebab, hanya dalam beberapa bulan China mampu meredam penyebaran virus corona.
Namun, sejak varian Delta menyebar luas di berbagai penjuru dunia, termasuk China, lonjakan Covid-19 kembali terdeteksi di Negeri Tirai Bambu meski telah menerapkan strategi nol Covid-19.
Sejauh ini, klaster Covid-19 baru telah terdeteksi di lebih dari 40 kota dalam beberapa pekan terakhir. Hal itu menempatkan jutaan warga berada di bawah lockdown.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Acara pernikahan hingga upacara pemakaman dibatalkan lagi. Sekolah-sekolah kembali ditutup dan ratusan penerbangan domestik pun dibatalkan. Hal ini, kerap membuat ribuan warga yang hendak bepergian terdampar.
Selain warga, para pejabat publik juga mengalami tekanan serupa. Pemerintah pusat kerap memecat mereka yang dianggap gagal mengendalikan Covid-19 di daerah masing-masing.
Tekanan ini membuat pemimpin daerah rela melakukan apa saja demi mengendalikan Covid-19 di wilayah masing-masing.
Salah satu wilayah di China bahkan menawarkan ribuan dolar hadiah bagi mereka yang memiliki informasi terkait wabah Covid-19.
"China menghadapi tekanan domestik yang meningkat untuk beralih ke pendekatan penanganan Covid-19 yang lebih fleksibel," kata seorang pengamat dari Council for Foreign Relations, Yangzhong Huang.
Dalam wawancara televisi yang tersebar secara luas pada bulan ini, seorang profesor Universitas Hong Kong, Guan Yi, juga mempertanyakan strategi Covid-19 China tersebut yang dinilai sudah tidak efektif.
Guan juga menganggap China seharusnya tidak melakukan pengujian massal setiap kali ada klaster atau memberikan dosis vaksin penguat tanpa data yang cukup soal kemanjurannya.
(rds/bac)