Sementara itu, berikut merupakan beberapa negara ASEAN yang khawatir akan kesepakatan ini:
Indonesia adalah negara pertama di kawasan ASEAN yang mengkritik kerja sama AUKUS.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI), Retno Marsudi, khawatir rencana pembangunan kapal selam bertenaga nuklir AUKUS dapat meningkatkan ketegangan di kawasan Indo-Pasifik, terutama soal perlombaan senjata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menekankan bahwa yang tidak diinginkan oleh kita semua adalah kemungkinan meningkatnya perlombaan senjata dan power projection di kawasan, yang tentunya akan dapat mengancam stabilitas keamanan kawasan," kata Retno.
Lihat Juga : |
Tak hanya itu, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Abdul Kadir Jailani, juga menilai kesepakatan AUKUS dapat meningkatkan risiko konflik terbuka di Indo-Pasifik.
"Kehadiran AUKUS menimbulkan kekhawatiran kita bahwa konflik langsung semakin mungkin terjadi," kata Kadir dalam diskusi webinar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) berjudul AUKUS: Responses from Southeast Asia, Jumat (1/10).
Selain itu, Kadir khawatir AUKUS dapat mengabaikan komitmen negara-negara terkait perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT). Menurutnya, kemitraan AUKUS masih memiliki banyak celah yang dapat berisiko mengarah pada pengabaian komitmen NPT.
Selain Indonesia, Malaysia juga turut menyuarakan kekhawatiran mereka terkait AUKUS.
Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengatakan, ia khawatir AUKUS dapat memprovokasi kekuatan lain untuk bertindak lebih agresif, terutama di Laut China Selatan.
Tak hanya itu, Menteri Luar Negeri Malaysia, Saifuddin Abdullah, mengatakan Kuala Lumpur dan Jakarta menyimpan kekhawatiran yang sama mengenai dampak dan konsekuensi dari kemitraan AUKUS di kawasan.
"Walaupun negara itu (Australia) tak punya kapasitas senjata nuklir, kami (RI-Malaysia) khawatir dan prihatin," tutur Abdullah saat berkunjung ke Jakarta pada 18 Oktober lalu.
(pwn/rds)