Ahli Meteorologi dari Universitas Malaya, Azizan Abu Samah, mengatakan penyebab banjir di Malaysia karena interaksi antara cuaca tekanan rendah, musim angin manson, dan topan Rai.
"Tiga faktor itu menyebabkan hujan deras yang awalnya melanda pantai timur, sebelum pindah ke daerah lain di Semenanjung Malaysia pada hari Sabtu," katanya.
Ia juga mendorong pemerintah agar meningkatkan sistem peringatan dini sehingga banjir bandang yang akan terjadi bisa ditangani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah, katanya, bisa memperkirakan banjir dan bertindak lebih banyak atas bencana yang terjadi.
"Kami perlu pengembangan peringatan sistem kita. Anda tidak bisa menghentikan cuaca, tapi kita punya cukup informasi untuk prediksi, dan dengan peringatan sistem yang baik, kita punya respons yang baik," kata dia.
Dosen dari Universitas Putra Malaysia, Haliza Abdul Rahman, juga menyampaikan hal serupa.
"Mitigasi dari dampak perubahan cuaca adalah masalah global, tetapi Malaysia harus meningkatkan pembangunan berkelanjutan," kata Haliza.
Pada Juli dan Agustus, hujan lebat juga terjadi di beberapa negara seperti di provinsi Henan China, Jerman, Turki, yang berdampak pada meninggalnya ratusan orang dan kerusakan bangunan.
Dia mencatat banjir bandang yang tiba-tiba terjadi di kaki bukit Gunung Jerai in Yan, Kedah, Malaysia juga sebagai akibat perubahan iklim.
"Perubahan iklim menyebabkan perubahan ekstrem dalam pola-pola cuaca, di bagian suhu dan curah hujan," kata Haliza.
Ia menegaskan perubahan iklim adalah faktor terbesar penyebab curah hujan tinggi hingga memicu banjir.
"Banjir ini terjadi sekali dalam seratus tahun. Namun, kemungkinan lebih banyak peristiwa akan berulang di tahun-tahun mendatang," lanjut dia.
Pekan lalu, Sekretaris Jenderal Kementerian Perairan dan Lingkungan Malaysia, Zaini Ujang, mengatakan curah hujan tahunan di Kuala Lumpur tercatat 2.400 mm.
Dia juga menekankan penyebab langsung banjir itu yakni pergerakan angin manson dan sistem tekanan rendah yang terbentuk di Laut China Selatan.
Fenomena itu, katanya, terdeteksi oleh Departemen Meteorologi Malaysia pada 12 Desember.
Sejauh ini, total korban tewas akibat banjir di Malaysia ada 10 orang. Sementara itu, sekitar 40 ribu lebih warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
Kondisi kian rumit, lantaran Malaysia mencatat 181 kasus Covid-19 yang ditemukan di pusat-pusat pengungsian.
(isa/bac)