Anak Muda Korsel Makin Was-was Bicara Isu Unifikasi dengan Korut

CNN Indonesia
Kamis, 23 Des 2021 00:33 WIB
Dukungan generasi muda Korsel soal prospek reunifikasi dengan Korut dianggap kian menurun, bertentangan dengan cita-cita pemerintah dan amanat konstitusi.
Pertemuan pemimpin kedua Korea pada 2018, pertama sejak 11 tahun lalu. (Foto: Korea Summit Press Pool via AP)

Woo menuturkan pemerintahan Moon tetap memegang teguh upaya perdamaian di antara kedua Korea yang hingga kini secara teknis masih berperang.

Pendekatan Moon, ucap Woo, cukup berbeda dengan pendahulunya, Presiden Park Geun-hye, soal reunifikasi.

Menurut Woo, pemerintahan Park yang konservatif lebih optimistik mengejar reunifikasi yang dinilai dapat menguntungkan Korsel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat kepemimpinan Park, pemerintah berulangkali menegaskan kalau unifikasi itu akan sangat menguntungkan warga Korea.Di satu sisi, Korsel memiliki perekonomian yang maju, sementara Korut memiliki sumber daya alam yang belum terjamah dan buruh yang murah. Menurut para konservatif ini menjadi peluang bagus," ucap Woo.

Terlepas dari keuntungan, Woo menegaskan bahwa Korsel tetap berpegang teguh bahwa reunifikasi bukan berarti menyatu dengan Korut dan membentuk satu negara yang diktator, komunis, dan tidak demokratis.

Perbedaan ideologi itu, kata Woo, menjadi salah satu tantangan tersulit dalam merealisasikan reunifikasi.

"Karena ketika kita bicara soal unifikasi, itu berarti Kim Jong-un harus hilang," ucap Woo.

"Kami (Korsel) tidak mau hidup menjadi negara diktator. Ketika kami mengatakan unifikasi, itu berarti kami menggambarkan sebuah negara demokratis dengan ekonomi kapitalis. Bukan negara yang otoriter, pemimpin komunis, tidak demokratis, dan terisolasi," paparnya menambahkan.

(rds)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER