Maryam dan sang suami terus berusaha menguras air di bagian depan dan belakang rumah, tapi banjir terus menghampiri.
"Air terus masuk. Setelah itu pukul 05.30 (waktu setempat) air mulai tinggi sampai pukul 09.00," ucapnya.
Air mulai surut saat pukul 09.00. Namun, ketika pukul 18.45, air masuk ke rumah Maryam lagi hingga keesokan harinya. Banjir yang terus melanda membuat Maryam dan keluarga mengungsi ke rumah kerabat yang lebih aman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari Sabtu ke Minggu air tambah tinggi, sampai ke lutut. Kami pergi mengungsi," katanya.
Ia mengaku baru pertama menghadapi banjir seperti itu. Anaknya mengalami trauma saat mendapati rumah penuh air.
"Anak saya trauma, di mana-mana air. Waktu banjir dia diam, heran banyak air," ujarnya.
Namun kini, Maryam dan keluarga sudah bisa kembali ke rumah. Ia dan suami lantas membersihkan tempat tinggal dari sisa-sisa banjir. Meski sudah dibersihkan, mereka belum bisa meletakkan kembali barang-barang sebagaimana biasanya.
Pemerintah setempat, katanya, meminta warga berjaga-jaga dan tetap mengamankan barang-barang yang diperlukan karena ada potensi banjir susulan. Mereka pun tidur secara bergantian mengantisipasi banjir susulan.
Banjir di Malaysia terjadi mulai Jumat pekan lalu. Hingga kini, ada sejumlah titik yang masih terendam banjir.
Beberapa pengamat mengatakan banjir dipicu oleh perubahan iklim yang ekstrem. Di luar faktor alam itu, sejumlah pihak juga menyalahkan koordinasi di jajaran pemerintahan dan drainase yang buruk.
Imbas banjir di Malaysia, 27 orang meninggal dan 40 ribu penduduk mengungsi.
(isa/has)