Salah satu pemimpin China lain yang kontroversial adalah Xi Jinping. Xi kerap melakukan pembatasan-pembatasan esktrem untuk melestarikan paham komunisme China.
Beberapa pengamat menilai pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini menjadi alat bagi Xi untuk membentengi masyarakat China dari paham Barat. Nilai komunisme yang terus dilestarikan selama bertahun-tahun juga membuat Xi memiliki alat untuk mengontrol rakyatnya.
"Secara ideologis, China perlahan menjadi lebih picik dibandingkan dengan era reformasi dan keterbukaan pada 80-an dan 90-an. Ini adalah ciri era baru Xi Jinping," kata peneliti senior untuk studi China dari lembaga think tank Council on Foreing Relations, Carl Minzner, seperti dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Xi Jinping juga terus memperingatkan warga China soal 'infiltrasi' nilai-nilai Barat seperti demokrasi, kebebasan pers, dan independensi peradilan.
Pakar Studi China di University of California Victor Shih menganggap pemerintah China saat ini memandang wartawan Barat, pekerja lembaga swadaya masyarakat, dan akademisi yang ingin datang ke China sebagai sumber pengaruh yang tak diinginkan.
"Filter berat yang diterapkan saat ini, dan telah diterapkan sebelum pandemi dimulai, akan menolong penyaringan terhadap apa yang dilihat oleh pemimpin China sebagai elemen yang masuk ke negeri itu dan 'mengotori' nilai masyarakat China," tuturnya.
Kini, PKC masih menjadi partai yang berkuasa atas China, khususnya dalam kebijakan-kebijakan yang diterapkan. PKC masih 'rajin' menyelenggarakan rapat pleno yang digadang bakal mempermudah jalan Xi berkuasa atas China.
Tak hanya itu, China sendiri mulai merangkak menguasai pasar ekonomi dunia. China juga disebut memiliki armada laut terbesar di dunia yang membuat Amerika Serikat, negara maju terkuat dunia kini, kalang kabut.
(isa/bac)