Flurona di Israel hingga Iran Tak Akui Taliban Pemerintah Afghanistan
Berita internasional Senin (3/1) diramaikan berbagai kabar, mulai dari Israel mendeteksi kasus perdana campuran penyakit influenza dan corona, flurona, hingga Iran ogah mengakui Taliban sebagai pemerintah resmi Afghanistan.
1. Israel Deteksi Kasus Perdana Flurona, Campuran Flu dan Corona
Israel mendeteksi kasus pertama campuran penyakit yang langka antara influenza dan virus corona, atau disebut flurona, pada pekan lalu.
Media lokal Israel, Hamodia, melaporkan bahwa flurona itu terdeteksi pada seorang perempuan hamil yang diperiksa di Rumah Sakit Beilinson, Kota Petah Tikva, pada pekan lalu.
"Dia didiagnosis flu dan corona setibanya di rumah sakit. Kedua tes dinyatakan positif, bahkan setelah kami periksa kembali," ujar Direktur ginekologi RS Beilinson, Arnon Vizhnitser, seperti dikutip The Independent, Minggu (2/1).
Kementerian Kesehatan Israel menyatakan bahwa mereka sedang mempelajari kasus itu untuk mengetahui kombinasi kedua penyakit itu dapat menyebabkan penyakit serius atau tidak.
2. Malaysia Banjir Lagi, 8.727 Warga Kembali Dievakuasi
Sementara itu, Malaysia kembali dilanda banjir. Banjir ini menerjang tujuh negara bagian dan menyebabkan 8.727 warga kembali dievakuasi.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional Malaysia menyatakan tujuh negara yang terkena dampak banjir yakni Terengganu, Pahang, Johor, Malacca, Negeri Sembilan, dan Sabah. CNN melaporkan bahwa para warga dievakuasi ke 128 pusat pengungsian.
Malaysia terus mengalami pasang surut banjir sejak 17 Desember lalu karena hujan lebat. Secara keseluruhan, 125.490 orang terkena dampak banjir tersebut, dan 117.700 di antaranya sudah kembali ke rumah.
Inspektur Jenderal Kepolisian Malaysia, Acryl Sani Abdullah Sani, mengatakan bahwa akibat banjir-banjir ini, setidaknya 50 orang meninggal dunia dan dua lainnya masih hilang.
3. Iran Ogah Akui Taliban Pemerintah Resmi Afghanistan
Iran menegaskan belum mencapai titik ingin mengakui Taliban sebagai pemerintahan resmi negara tetangganya, Afghanistan.
"Hari ini, kami pada dasarnya tidak pada posisi mengakui (Taliban)," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, dalam jumpa pers di Teheran pada Senin (3/1).
"Kami berharap badan pemerintahan Afghanistan akan bergerak, melalui aksi nyata, ke arah yang memungkinkannya mencapai pengakuan internasional."
Khatibzadeh menegaskan Iran bersama komunitas internasional berkeras menuntut pemerintahan Afghanistan yang inklusif di tangan Taliban.
(has)