Jakarta, CNN Indonesia --
Korea Utara disebut mengalami krisis dalam beberapa bulan terakhir. Mulai dari harga barang yang melonjak sampai tentara yang membangkang membuat hidup masyarakat negara itu kian sulit.
Salah satu pemicu krisis ini adalah penutupan jalur perdagangan antara China dan Korut sejak pandemi melanda. China merupakan satu-satunya mitra Korut di dunia internasional.
Selain itu, sanksi internasional yang dijatuhkan pada Pyongyang karena aktivitas rudal dan nuklir membuat negara itu bergantung pada Beijing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangkangan Tentara Militer Korut
Akibat krisis ekonomi yang menimpa Korut, pembangkangan dalam tubuh militer meningkat. Dalam tiga bulan terakhir di 2021, ada sepuluh tentara yang melawan atasan mereka, tutur seorang pejabat militer di Hamgyong Utara kepada Radio Free Asia.
"Di akhir November, seorang perwira tingkat kompi dari Divisi ke-45 di bawah Korps ke-9 terus meminta izin atasan batalionnya untuk menyelesaikan masalah keluarga dan masalah kesehatannya sendiri, tetapi ketika ia diabaikan, ia melawan komandannya dengan senjata saat mabuk," kata sumber tersebut pada 20 Desember lalu.
Sumber ini juga bercerita, ada perwira tingkat kompi yang memiliki masalah personal dan mencoba meminta bantuan atasannya. Namun, seniornya mengabaikan permintaan perwira kompi ini dan membuatnya melakukan percobaan bunuh diri dengan kabel komunikasi.
Sumber militer ini menilai, maraknya pembangkangan dalam lembaganya merupakan imbas dari ekonomi Korut yang semakin buruk. Di sisi lain, ada sumber lain yang menilai ekonomi buruk ini menyebabkan kasus perpeloncoan antar tentara semakin sering terjadi.
"Pemukulan di militer semakin parah dalam akhir-akhir ini, dan masalah tersebut sangat berhubungan dengan kondisi kehidupan yang buruk bagi tentara mengingat pemberian pemerintah kepada mereka semakin berkurang," ujar sumber lain itu.
Harga Minyak Goreng di Korut Melonjak Rp718 Ribu
Krisis yang menimpa Korut juga membuat harga minyak goreng melonjak hingga mencapai KPW45.000 atau setara Rp718 ribu per liter.
Harga minyak goreng yang sebelumnya kurang dari KPW10.000 (Rp159 ribu) per liter, melonjak jadi sekitar KPW45.000 (Rp718 ribu) per liter.
"Kini (minyak goreng) dijual sekitar KPW45.000 (Rp718 ribu) dan sekarang ada masalah kelangkaan stok minyak goreng di stand karena jumlah yang tidak mencukupi di pasar, sehingga kadang masyarakat tak bisa membelinya," kata salah satu warga di kabupaten Puryong, provinsi Hamgyong Utara kepada Radio Free Asia.
Warga Korut Diklaim Cuek Saat Dengarkan Propaganda yang Puji Kim Jong-un
Beberapa warga Korut disebut terlihat cuek saat mendengar propaganda yang memuji Kim Jong-un. Dalam beberapa kelas, Kim dipuji karena berhasil menjaga warga tetap aman dan meningkatkan kemampuan militer.
"Meskipun para dosen menyampaikan pidato dengan berapi-api, kebanyakan penonton menunggu waktu agar cepat berlalu, ataupun tertidur. Mereka adalah orang-orang yang tak memiliki jagung dan nasi," tutur kata seorang sumber dari provinsi Hamgyong Utara kepada Radio Free Asia pada 15 Desember.
"Para dosen mengkritik Amerika Serikat, mengatakan AS berkolusi dengan Korea Selatan untuk menghadapi ancaman menakutkan dari Korea Utara ke Korsel dengan membicarakan perdamaian dan kerja sama," kata sumber itu lagi.
Ada juga sumber lain yang mengungkapkan rasa kesalnya pada pemerintah Korut karena krisis ini.
"Orang-orang membenci pihak berwenang, menilai jika masalah pertahanan nasional terselesaikan dari pengembangan rudal dan senjata nuklir, apakah masalah pangan akan selesai dengan sendirinya?" tutur sumber itu.
Kemunculan Grafiti yang Kritik Kim Jong-un
Grafiti yang mengkritik Kim Jong-un muncul di Pyongyang dan membuat warga kaget. Seorang sumber mengatakan kepada Daily NK bahwa grafiti itu ditemukan di luar salah satu apartemen di Distrik Pyongchon, Pyongyang, pada 22 Desember lalu.
Grafiti itu berbunyi, "Kim Jong-un keparat. Rakyat kelaparan setengah mati karena Anda."
Grafiti ini dinilai merupakan bukti dari rasa muak publik atas pengetatan aturan yang dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19.
Korut juga sempat diberitakan mengalami krisis pangan beberapa bulan lalu. Akibat krisis tersebut, pemerintah Korut menyuruh warga mengonsumi angsa hitam dan mengurangi makan mereka.