AS Sanksi Korea Utara dan Rusia soal Program Rudal Pyongyang
Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap delapan warga serta entitas dari Korea Utara dan Rusia karena dianggap mendukung program rudal balistik Pyongyang.
Washington menjatuhkan hukuman tersebut pada Rabu (12/1), sehari setelah Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un melakukan uji coba rudal hipersonik yang diklaim tercanggih.
"Tindakan hari ini, merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Amerika Serikat untuk melawan senjata pemusnah massal dan program rudal balistik (Korea Utara), menargetkan penggunaan perwakilan luar negeri yang berkelanjutan untuk mendapatkan barang senjata secara ilegal," kata Wakil Menteri Keuangan untuk Urusan Terorisme dan Intelijen Keuangan Brian E. Nelson, Rabu (12/1).
"Peluncuran rudal terbaru Korea Utara adalah bukti lebih lanjut bahwa mereka terus menjalankan program-program terlarang meskipun ada peringatan dari masyarakat internasional untuk diplomasi dan denuklirisasi," sambungnya.
Selain sanksi dari Kemenkeu AS, Kementerian Luar Negeri juga menjatuhkan sanksi pada satu warga Korea Utara, satu warga Rusia, dan satu entitas Rusia yang menurut Washington bertanggung jawab atas pengadaan barang pendukung pembuatan rudal Pyongyang.
AS diketahui terus melakukan pemantauan ketat atas pembangunan dan uji coba rudal Korea Utara pada Selasa lalu.
Tiga pejabat AS mengatakan bahwa rudal tersebut menunjukkan kemampuan yang cukup mengejutkan.
Senada dengan AS, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengungkapkan bahwa uji coba rudal Korut pada Selasa lebih canggih dibandingkan rudal yang diuji Pyongyang pekan lalu.
Dikutip CNN, rudal Korea Utara tersebut dinilai memiliki kecepatan lebih dari 10 kali lipat kecepatan suara.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan AS masih percaya bahwa satu-satunya cara efektif mewujudkan perdamaian di Semenanjung Korea adalah dengan dialog.
Namun, meski AS telah mencoba berdialog dengan Korea Utara beberapa kali, Pyongyang dikabarkan belum memberi tanggapan apapun.
Sebelumnya, Korea Utara dilaporkan melepaskan proyektil dari Provinsi Jangang dan mendarat di lautan antara Semenanjung Korea dan Jepang.
Penerbangan rudal ini diperkirakan menempuh jarak lebih dari 700 kilometer (435 mil) dan mencapai ketinggian 60 kilometer (37 mil).
Kim Jong-un bahkan menyaksikan langsung peluncuran rudal yang diyakini jenis hipersonik itu. Ia bahkan menyerukan agar militer Korea Utara bisa terus bertambah besar dan garang.