ANALISIS

Gelagat China Menekan RI usai Xi Jinping Telepon Jokowi

CNN Indonesia
Jumat, 14 Jan 2022 08:38 WIB
Gelagat China menekan RI secara halus usai Presiden Xi Jinping menelepon Jokowi beberapa hari lalu.
Presiden China Xi Jinping menelepon Presiden RI Joko Widodo. (Tomohiro Ohsumi / POOL / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Beberapa hari lalu Presiden China, Xi Jinping, dikabarkan menelepon Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Upaya ini tampaknya bisa dipahami sebagai bentuk gelagat Beijing menekan pemerintah Jokowi secara halus terkait larangan ekspor batu bara dan sengketa di Laut Natuna.

Menurut laporan Strait Times, dalam pembicaraan itu Xi menyerukan kedua negara agar saling membantu memerangi Covid-19.

Dia juga ingin menjalin kerja sama dengan Indonesia di seluruh sektor industri dalam rangka memberantas virus corona, mulai dari produksi vaksin hingga penelitian dan pengembangan obat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, salah satu pengamat Hukum Internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, mengungkapkan pembicaraan telepon itu merupakan penekanan China terhadap Indonesia terkait pelarangan ekspor batu bara.

"Dari perspektif China atas Presiden Indonesia, maka telepon ini adalah sebuah tekanan psikologis, agar Presiden Jokowi benar-benar mengetahui, jika keputusan pelarangan ekspor Batu Bara tersebut telah berdampak Internasional," kata Rezasyah kepada CNNIndonesia.com, Kamis (13/1).

Awal Januari lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melarang ekspor batu bara hingga akhir bulan ini.

Para pengusaha batu bara di Indonesia disebut tak mematuhi kewajiban pemenuhan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO).

China merupakan salah satu negara yang mengandalkan impor batu bara dari Indonesia. Kebijakan yang sempat menggemparkan sejumlah negara maju itu dianggap akan mengganggu pemenuhan kebutuhan energi di negara mereka.

Pada gilirannya, ketahanan negara pun bisa terancam apabila kebutuhan industri akan batu bara terganggu.

"Secara tidak langsung, China menyatakan memiliki ketergantungan batu bara dari RI Sehingga kebijakan baru pemerintah Indonesia disebut mengganggu ketahanan China," jelas Rezasyah lagi.

Selain China, beberapa negara bahkan secara terang-terangan merasa keberatan dengan kebijakan itu dan meminta dicabut. Negara itu diantaranya Korea Selatan, Filipina, dan Jepang.

Senada dengan Rezasyah, Guru Besar HI dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menyoroti pembicaraan telepon Jokowi dan XI karena China merasa terganggu.

"Menurut saya iya (terganggu)," kata Hikmahanto saat ditanya apakah tindakan Xi lantaran mereka terganggu dengan kebijakan baru yang dikeluarkan Indonesia soal pelarangan ekspor batu bara.

Bila ekspor batu bara itu ditutup, ia berpendapat, "Akan mengganggu kepentingan ekonomi pasar. Soalnya ada pernyataan (China) seperti ini, 'menjaga kepentingan ekonomi pasar dan negara berkembang.'"

Meskipun Xi paham betul kepentingan negara berkembang terkait pasokan batu bara demi memenuhi kebutuhan dalam negerinya, lanjut dia.

Namun, sejauh ini, ia tak mengetahui apakah tindakan China akan berdampak terhadap kebijakan Indonesia.

"Kalau ada perubahan berarti upaya diplomasi Jinping berhasil. Kalau tidak, ya berarti Indonesia teguh dengan keputusannya," ucap dia.

Indonesia juga diketahui menjadi salah satu negara yang bergantung secara ekonomi pada China. Kedekatan semacam itu akan membuat Jakarta dalam posisi sulit, apakah ketergantungan utang akan mempengaruhi sikap negara atau tidak.

Jika utang dalam konteks komersial, katanya, Indonesia akan tetap mempertahankan kemandiriannya mengenai kebijakan batu bara.

Namun, jika utang tersebut sudah dimanfaatkan untuk tujuan politik akan beda cerita.

"Kalau utang sudah dimanfaatkan untuk tujuan politik sebagai pengganti alat kolonialisme, pemerintah mungkin akan mengubah kebijakan yang dibuatnya sendiri," kata dia.

Berdasarkan data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia per Oktober 2021, total Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia dari China sebesar US$20.86 miliar atau sekitar Rp298 triliun.

Tekanan halus China melalui Xi Jinping soal sengketa di Laut Natuna, baca di halaman berikutnya...



Tekanan China soal Sengketa di Laut Natuna

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER