Pemerintah Rusia dilaporkan mulai mengosongkan kantor kedutaan mereka di Ibu Kota Ukraina, Kiev. Pengosongan ini dilakukan ketika isu Rusia akan menyerang Ukraina terus mengemuka.
Pejabat keamanan Ukraina menuturkan, sebanyak 18 anggota keluarga diplomat Rusia dipulangkan menggunakan bus pada 15 Januari. Sekitar 30 anggota lain ikut dipulangkan beberapa hari setelahnya.
Pejabat keamanan itu juga mengatakan, diplomat di dua konsulat Rusia lain diimbau bersiap angkat kaki dari Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penarikan anggota keluarga dan diplomat Rusia dari Ukraina ini membawa teka-teki langkah apa yang akan diambil Moskow untuk mengatasi masalahnya dengan Kiev.
Seorang pejabat anonim mengatakan kepada The New York Times bahwa ia menduga Rusia tengah berupaya menekan Amerika Serikat dan sekutu Barat-nya untuk benar-benar mempertimbangkan permintaan Moskow.
Belakangan, Rusia meminta pihak Barat untuk tidak mengizinkan Ukraina masuk ke NATO. Mereka juga meminta negara yang tergabung dalam Pakta Warsawa untuk menyingkirkan pasukan, senjata nuklir, dan senjata berat lain dari sekitar Ukraina.
Muncul pula dugaan Rusia berusaha menunjukkan mereka sedang mempersiapkan serangan. Namun, pengerahan pasukan Rusia di perbatasan Ukaraina sekarang ini tak bertambah secepat yang diperkirakan Pentagon sebelumnya.
Meski demikian, Rusia terus mengirimkan konvoi kereta yang mengangkut tank, rudal, dan pasukan ke wilayah perbatasan Ukraina.
Presiden Belarus, Alexander G. Lukashenko, juga mengumumkan pasukan dan peralatan Rusia telah tiba di negaranya untuk latihan militer gabungan. Latihan ini akan dilakukan di wilayah Belarus yang dekat dengan Polandia dan Lithuania, pun juga di perbatasan Ukraina.
"Kami akan benar-benar dikelilingi oleh kekuatan yang setara," kata seorang pejabat keamanan Ukraina.
Di sisi lain, Amerika Serikat menuduh Rusia tengah mempersiapkan diri untuk menginvasi Ukraina. Kedutaan Besar Rusia di AS membantah tuduhan ini.
"Sekali lagi, kami mendeklarasikan: tuduhan terus-menerus kepada kami di AS (di level pejabat maupun media) merupakan tuduhan tak berdasar dan tidak memiliki konfirmasi apapun," demikian pernyataan Kedubes Rusia melalui Facebook, sebagaimana dikutip TASS.
(pwn/has)