Insiden itu bermula saat Techmong mencuri berlian milik Pangeran Faisal, anak tertua Raja Fahd.
Sebagai pekerja bersih-bersih, dia memahami setiap sudut istana Pangeran Faisal. Techmong melihat tiga dari empat brankas berlian dibiarkan tak terkunci.
Menurutnya, itu kesempatan emas yang tak boleh dilewatkan, mengingat dia juga terjerat utang judi di tempat para pekerja istana tinggal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suatu malam, dia menyelinap ke kamar Pangeran Faisal, mengambil sejumlah berlian, dan menempelkannya ke tubuhnya menggunakan lakban. Techmong juga menyimpan permata di dalam peralatan pembersih, termasuk tas vakum.
Usai mendapat apa yang dia mau, Techmong kembali ke Thailand. Ia takut karena mengetahui ganjaran hukuman jika kedapatan mencuri di Saudi adalah potong tangan.
Insiden pencurian itu memang menjadi salah satu pemicu ketegangan hubungan diplomatik Saudi dan Thailand. Namun, menurut Thai Inquirer, pencurian itu bukan faktor utama keretakan diplomasi kedua negara.
Menurut laporan media lokal itu, faktor utamanya adalah janji polisi untuk mengembalikan berlian yang dicuri. Ternyata, berlian yang dikembalikan polisi Thailand itu palsu.
Polisi kemudian menyalahkan tunangan Techmong, Santi Srithankan. Namun, ia menolak tuduhan itu.
Di tahun yang sama, 1991, Riyadh mengutus pebisnis ke Thailand untuk melakukan investigasi. Namun, dia menghilang usai tiga diplomat Saudi ditembak mati di Bangkok. Ketiga kasus itu tidak pernah terpecahkan.
Kini, hubungan diplomatik Saudi dan Thailand terbuka kembali usai kunjungan pertama Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha ke Riyadh pada pekan ini.
(isa/has)