Seorang sumber lain, Baran B, yang juga menggunakan nama samaran, mengatakan ada seseorang yang mendapatkan nomor teleponnya dan mengancam Baran sampai ia setuju untuk bertemu.
Baran, pria 23 tahun, kemudian diperkosa oleh pria itu yang mengaku sebagai anggota Taliban. Pria itu juga bersumpah akan membunuh Baran jika ia membeberkan apa yang terjadi.
"Saya akan mengatakannya pada atasan saya, dan kami akan mengatakan pada semua orang, dan kami akan membunuhmu," ucap Baran mengingat apa yang dikatakan pria itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu, keluarga Baran mengetahui pemerkosaan ini dan mengusir Baran. Baran kemudian meninggalkan kota tempat tinggalnya.
Dalam laporan HRW ini, sebanyak 60 warga LGBT Afghanistan diwawancarai. Banyak dari mereka mengatakan kelompok Taliban menyerang dan mengancam mereka karena identitas seksual dan gendernya.
Beberapa orang melaporkan mereka mendapatkan kekerasan dari keluarga, tetangga, dan pacar. Beberapa lainnya pergi dari rumah dan kerap menjadi target karena identitas seksual dan gender mereka.
Sejak Taliban berkuasa, kelompok LGBT+ Afghanistan kerap mengalami ancaman dan kekerasan. Banyak dari mereka harus sembunyi dan tak dapat menghasilkan uang karena krisis ekonomi di negara itu.
"Banyak orang aneh kehilangan pekerjaan," kata Nihan, seorang wanita transgender yang meninggalkan pekerjaannya di toko percetakan kala Taliban berkuasa pada Agustus lalu, dikutip dari Reuters.
"Meski mereka bersembunyi dengan baik, masalah yang muncul adalah mereka perlu memberi makan diri mereka," lanjutnya.
Pekerja seks, penari, dan penghibur pesta merupakan pekerjaan umum yang dilakukan wanita transgender di Afghanistan. Namun, aktivitas seperti itu berkurang dan semakin membahayakan di bawah kepemimpinan Taliban.
Masyarakat LGBT+ menilai pos pemeriksaan Taliban menjadi tempat berbahaya. Banyak pasukan Taliban yang mengecek telepon genggam masyarakat untuk mengecek sesuatu yang bisa membuka identitas seksual maupun gender mereka.
Banyak narasumber mengatakan mereka harus menghapus akun media sosial mereka, foto, dan pesan. Beberapa lainnya menuturkan anggota Taliban ataupun informan masuk ke grup pesan LGBT+ ataupun aplikasi kencan untuk menjebak mereka.
(pwn/bac)