China Gempar usai Viral Video Perempuan dengan Leher Dirantai

CNN Indonesia
Rabu, 09 Feb 2022 16:09 WIB
Ilustrasi. (Istockphoto/Favor_of_God)
Jakarta, CNN Indonesia --

Jagat maya China gempar setelah viral video seorang perempuan dengan leher dirantai. Video itu memicu amarah soal dugaan perdagangan manusia di Negeri Tirai Bambu.

Dalam video yang beredar di media sosial, perempuan berambut pendek itu terlihat duduk si satu rumah kumuh di Kota Xuzhou, Provinsi Jiangshu, dengan rantai dan gembok melingkar di lehernya.

Di awal video, ia terlihat duduk terdiam. Setelah itu, terlihat seorang teman yang bertanya perempuan itu punya cukup makanan atau tidak.

Saat video itu baru viral, warganet menyebut nama perempuan itu Yang. Namun, pihak berwenang Jiangshu mengumumkan bahwa mereka sudah bertemu dan memastikan identitas perempuan itu.

"Identitas [perempuan itu] sudah diketahui dan dikonfirmasi oleh polisi sebagai Xiao  Huamei yang berasal dari DesaYagu, daerah Fugong, Provinsi Yunan," demikian pernyataan Komite Partai Komunis China (CCP) untuk Kota Xuzhou.

Pernyataan itu berlanjut, "Penyelidik CCP menggelar penyelidikan personel terkait pembiaran dan pengabaian tugas dan isu-isu lainnya terkait hal ini."

Berdasarkan pernyataan CCP itu, Xiao mengidap skizofrenia. Menurut mereka, perempuan itu sudah mulai menunjukkan "perilaku dan cara berbicara tak normal" setelah bercerai dari seorang pria di Kota Baoshan pada 1996 silam.

Xiao kemudian dibawa ke Jiangsu oleh seorang perempuan bernama depan Sang untuk "perawatan." Setibanya di Jiangsu, Sang mengaku kehilangan jejak Xiao. Namun, ia tak melapor ke kepolisian maupun keluarga Xiao.

Begitu viral kisah ini, para warganet sampai-sampai membanjiri rumah tempat tinggal Xiao dan mantan suaminya di daerah Feng. Aparat lantas mengusir para warganet yang haus informasi itu.

Meski demikian, kisah Xiao masih menjadi buah bibir di jejaring sosial. Sejumlah pakar meminta aparat menggelar penyelidikan mendalam karena Feng dikenal sebagai daerah sumber perdagangan perempuan.

"Ada kasus lain di mana [perempuan] yang diculik kemudian dijual ke luar desa itu. Ia selalu merangkak di lantai dan digembok di lantai selama 10 hingga 20 tahun," ujar seorang penulis asal Anhui, Lu.

Melanjutkan ceritanya, Lu berkata, "Semua orang yang diculik itu dijual di Xuzhou. Ada pula yang dijual di tempat lain di dalam negeri."

Pengamat dalam negeri China, Cai Shenkun, mengamini pernyataan Lu. Merujuk pada data yang ia himpun, lebih dari satu juta orang di China "hilang" setiap tahunnya, termasuk 200 ribu anak-anak.

"Sejak lama, daerah Feng menjadi pusat distribusi perdagangan manusia. Jika fakta-fakta mengenai hal ini dipublikasikan, pihak berwenang Feng dan Xuzhou pasti tak mau bertanggung jawab," katanya.

(has)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK