Warga Hong Kong dilaporkan menyerbu tukang pangkas rambut hingga salon menyusul pengetatan pembatasan Covid-19 yang diberlakukan lagi imbas infeksi naik.
Setidaknya lima salon kecantikan di pusat Hong Kong diklaim telah penuh dipesan dalam beberapa hari ke depan.
"Mereka (pemerintah) mengatakan penutupan ini sementara, tetapi soapa yang tahu kapan dibuka lagi," kata seorang pria bermarga Cheung kepada AFP sambil menunggu giliran potong rambut pada Rabu (9/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rasanya seperti kita kembali ke awal pandemi, ini sangat mengecewakan," paparnya menambahkan.
Pada Selasa (8/2), Hong Kong mencatat 625 infeksi Covid-19 baru. Jumlah itu mencatat ekor kasus harian Hong Kong, meski kecil dibandingkan wabah yang terjadi di dunia.
Tidak seperti sebagian negara lain di dunia yang memilih beradaptasi dengan Covid-19, Hong Kong memang malah memperketat pembatasan virus corona lagi.
Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, menetapkan pemeriksaan massal Covid-19 di sejumlah wilayah dengan tren infeksi melonjak, termasuk Discovery Bay.
Lam juga mengumumkan penutupan situs-situs keagamaan, salon, dan pangkas rambut per Kamis (10/2) besok. Pertemuan di dalam ruangan juga tidak boleh lebih dari dua keluarga.
Namun, sebagian warga Hong Kong mengaku frustrasi dengan situasi yang kembali seperti awal pandemi, di mana pembatasan ketat diberlakukan.
Rasa frustrasi itu pun diungkapkan beberapa warga Hong Kong ke media sosial.
"Kami telah melakukan semua yang Anda minta, kami duduk dengan tenang di rumah ketika kesehatan mental menghantui kami dan telah menelan korban, ketika keluarga terkoyak dan bisnis tutup karena itu semua dengan harapan China membuka kembali perbatasan kami," tulis seorang warga dalam surat terbuka itu.
Surat terbuka itu pun menjadi viral.
"Anda (pemerintah) telah mencoba selama dua tahun, dan gagal," demikian lanjutan bunyi surat terbuka itu.
"Kapan Anda akan berhenti menyandera warga kota ... ini?"
Pengetatan pembatasan pun memicu fenomena panic buying di berbagai supermarket besar di Hong Kong.
Hampir 90 persen produk dan pasokan makanan Hong Kong bergantung pada China yang akan kena imbas jika pembatasan terus diperketat.
Kenaikan kasus harian Covid-19 pun memicu kekhawatiran warga akan ada hambatan pasokan makanan akibat pembatasan yang mungkin diterapkan pemerintah ke depannya.
"Sepertinya pemerintah tidak siap sama sekali, dan kami warga biasa hanya bisa menjaga diri kami sendiri," kata warga bermarga Siu.
Siu termasuk di antara kerumunan pembeli supermarket yang memburu sayur dan daging segar.
Pemerintah sebelumnya juga sudah mengumumkan bahwa stok sayuran dan buah Hong Kong telah berkurang sekitar sepertiga.
Kekurangan pasokan tersebut pun membuat harga sembako di pasar basah melonjak drastis. Beberapa supermarket juga sudah mengalami kelangkaan hingga rak-rak produk banyak yang kosong melompong.
"Saya rasa sayuran pernah semahal ini," kata Siu.
Choy sum, sayuran hijau yang populer dalam masakan China, bahkan dihargai 25 dolar Hong Kong (Rp46.050) untuk setengah kilo saja. Harga itu melonjak dua kali lipat dari biasanya.
Seorang pemilik kios sayur mengatakan bahwa barang dagangannya sempat kekurangan sejak awal pekan ini. Ia namun mengatakan pasokan yang ia jual saat ini telah pulih dan cukup untuk saat ini.
"Mudah-mudahan keadaan bisa kembali normal, saya tidak tahu berapa lama kita bisa terus seperti ini," katanya sambil menerjang teriakan permintaan dari pelanggan.
Situasi panic buying juga terjadi ketika awal pandemi muncul dari daratan China sekitar akhir Desember 2019.
(rds/rds)