Motif Putin dalam Konflik Rusia-Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menginginkan Ukraina bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO), sedangkan ia ingin Ukraina kembali ke pangkuan Rusia.
Dilansir dari CNN World (19/2), Putin melihat ekspansi NATO sebagai ancaman eksistensial, dan prospek Ukraina bergabung dengan aliansi militer Barat sebagai 'tindakan bermusuhan'.
"Apakah kita mengerahkan rudal di dekat perbatasan AS? Tidak, tidak. Amerika Serikat yang datang ke rumah kita dengan misilnya dan sudah berdiri di depan pintu kita," kata Putin.
Dalam wawancara dan pidato, dia telah menekankan pandangannya bahwa Ukraina adalah bagian dari Rusia, secara budaya, bahasa dan politik.
Memang sebagian besar penduduk berbahasa Rusia di timur Ukraina setuju dengan hal ini. Tapi penduduk yang lebih nasionalis, yang berbahasa Ukraina di bagian barat secara historis mendukung integrasi yang lebih besar dengan Eropa.
Dalam sebuah artikel yang ditulis pada Juli 2021, Putin menggarisbawahi sejarah bersama mereka, menggambarkan Rusia dan Ukraina sebagai satu bagian.
Sedangkan pemerintah Ukraina, dalam tiga dekade terakhir, telah menolak gagasan itu dengan untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan lembaga-lembaga Barat, seperti Uni Eropa dan NATO.
Sebagai bukti, di 2014 pernah terjadi protes massal di Ibu Kota Kyiv yang dikenal sebagai Euromaidan memaksa presiden yang bersahabat dengan Rusia turun dari jabatannya setelah dia menolak menandatangani Perjanjian Asosiasi UE.
Sampai saat ini, Moskow telah dituduh terlibat dalam perang hibrida melawan Ukraina, menggunakan serangan siber, tekanan ekonomi, dan propaganda untuk memicu ketegangan. Departemen Luar Negeri mengklaim pada awal Februari bahwa Rusia siap untuk mengarang 'dalih untuk invasi' melalui video palsu.
Pada Desember 2021, Putin memberi AS dan NATO daftar tuntutan keamanan. Yang utama adalah jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah masuk NATO dan bahwa aliansi tersebut mengurangi jejak militernya di Eropa Timur dan Tengah. Proposal ini berulang kali ditolak oleh AS dan sekutunya.
"Anda lah yang harus memberi kami jaminan, dan Anda harus melakukannya segera, sekarang juga," kata Putin dalam konferensi pers tahunan akhir 2021
Pembicaraan tingkat tinggi antara Barat dan Rusia berakhir pada Januari tanpa ada terobosan. Kebuntuan itu membuat para pemimpin Eropa mengeksplorasi apakah saluran negosiasi yang dibangun antara Prancis, Jerman, Rusia dan Ukraina untuk menyelesaikan konflik di timur Ukraina, yang dikenal sebagai pembicaraan Format Normandia - dapat memberikan jalan bagi menenangkan krisis saat ini.
(isn)