Militer Ukraina menyatakan dua tentara tewas dan 12 lainnya terluka dalam bentrok di wilayah yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia, Selasa (22/2). Ini merupakan jumlah korban jiwa terbanyak pada tahun ini, bersamaan dengan pelanggaran gencatan senjata yang meningkat.
Dalam akun Facebook, militer Ukraina menyampaikan mereka mencatat 84 kasus penembakan oleh kelompok separatis. Mereka juga mengklaim kelompok separatis ini meluncurkan tembakan di sekitar 40 pemukiman menggunakan senjata berat.
Beberapa hari lalu, seorang tentara Ukraina dilaporkan tewas dalam bentrokan yang terjadi di area kekuasaan separatis pro-Rusia, Sabtu (19/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komando militer gabungan untuk Ukraina timur mengatakan seorang tentara mengalami luka pecahan peluru fatal hingga tewas akibat bentrok tersebut.
"Pejuang separatis menembakkan peluru artileri ke pusat-pusat populasi dan menempatkan sistem artileri mereka di dekat rumah-rumah penduduk," kata tentara Ukraina seperti dikutip dari AFP, Sabtu (19/2).
Selain itu, layanan darurat Ukraina menyampaikan dua stafnya terluka dalam gelombang serangan yang terjadi sehari sebelumnya, Jumat (18/2).
Ukraina menuduh Rusia memprovokasi kekerasan yang terjadi di titik panas tersebut. Kiev juga mengatakan Moskow menggunakan kekerasan tersebut sebagai dalih untuk mengakui kemerdekaan wilayah separatis ini dan menempatkan pasukan mereka di kawasan.
Seperti diketahui, Presiden Rusia, Vladimir Putin, baru-baru ini mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, Senin (21/2). Kedua wilayah ini merupakan daerah kekuasaan separatis pro-Rusia yang kerap mengalami bentrok dengan tentara Ukraina.
"Saya percaya perlu mengambil keputusan yang lama tertunda, untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk," ujar Putin.
Tak lama setelah pengakuan ini, Putin menempatkan pasukan Rusia di wilayah Donetsk dengan dalih untuk menjaga perdamaian.
Pengakuan Putin atas wilayah separatis ini menuai kecaman dari berbagai pemimpin dunia. Banyak negara menilai tindakan Putin ini merupakan pelanggaran atas kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.