Pemimpin dunia ramai-ramai mengutuk serangan Rusia ke Ukraina yang terjadi setidaknya pada tujuh kota pada Kamis (24/2) pagi ini.
Invasi itu berlangsung setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi militer khusus di Donbas, salah satu wilayah yang dikuasai kelompok separatis Pro-Moskow.
Serangan itu mengguncang perekonomian dengan harga minyak dunia yang melonjak hingga US$100/barel. Ini adalah kali pertama sejak 2014 harga minyak menyentuh titik tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga Kamis (24/2) siang waktu Indonesia, serangan Rusia ini masih berlangsung dan bahkan telah menembus Crimea.
Garda Perbatasan Ukraina melaporkan kehadiran pasukan Rusia ini melalui satu video. Dalam video itu, terlihat kendaraan-kendaraan militer Rusia menggilas jalan di perbatasan menuju Ukraina.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan darurat militer dan mengimbau agar masyarakat di negara tersebut tetap tenang.
"Rusia melakukan serangan terhadap infrastruktur militer kami dan penjaga perbatasan kami. Ada ledakan terdengar di banyak kota di Ukraina. Kami mengumumkan darurat militer di seluruh wilayah negara kami," ujar Zelensky.
Berikut adalah reaksi pemimpin-pemimpin dunia terhadap serangan Rusia tersebut.
"Saya mengutuk serangan tidak beralasan dan sesat yang dilakukan pasukan militer Rusia."
"Rusia harus menarik mundur pasukan dan sepenuhnya menghormati integritas wilayah Ukraina."
"Saya sangat mengecam serangan sembrono dan tak beralasan Rusia di Ukraina, membahayakan warga sipil yang tak terhitung jumlahnya."
"Presiden Putin, dalam nama kemanusiaan, tarik balik pasukan Anda ke Rusia."
Prancis mengutuk keputusan Rusia untuk memulai perang dengan Ukraina. Rusia harus secepat mungkin mengakhiri operasi militer.
"Serangan Rusia pada Ukraina tidak bisa dibenarkan dan merupakan pelanggaran hukum internasional."
"Rusia harus segera menghentikan serangan dan aksi provokasi pada Ukraina, dan menarik mundur pasukan militer. Serangan Rusia ini akan memantik konsekuensi berat.
"Invasi Rusia berisiko mengganggu prinsip dasar internasional yang melarang serangan satu pihak dalam upaya untuk mengubah status quo."
(vws/vws)