Menteri Transformasi Digital Ukraina, Mykhailo Fedorov mengumumkan negara tersebut membentuk "tentara TI" untuk "terus berjuang di front siber" dalam rangka melawan serangan Rusia.
"Kami menciptakan pasukan TI. Kami membutuhkan talenta digital," kicau Fedorov dalam media sosialnya, Minggu (27/2).
"Akan ada tugas untuk semua orang. Kami terus berjuang di front siber. Tugas pertama ada di kanal [tersebut] untuk spesialis siber," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diberitakan CNN, Minggu (27/2) waktu Indonesia, kicauan itu terhubung pada aplikasi pesan Telegram yang mendorong hacker untuk melakukan serangan siber terhadap perusahaan energi dan keuangan utama Rusia.
Daftar target yang diusulkan untuk diserang adalah perusahaan-perusahaan besar seperti perusahaan gas alam Gazprom dan bank Rusia, Sberbank dan VTB.
Saluran di Telegram yang dipromosikan oleh Fedorov ini ketika diterjemahkan ke bahasa Inggris memiliki pesan "untuk semua spesialis TI dari negara lain".
Serangan siber punya peran pendukung dalam perang Ukraina-Rusia. Serangkaian kejadian yang disebut "penolakan layanan" membanjiri situs pemerintah Ukraina dengan koneksi palsu sebelum invasi Rusia.
Gedung Putih menuding peretasan tersebut dilakukan oleh badan militer Rusia, GRU. Sementara itu, CNN menyebut Moskow membantah tudingan tersebut.
Pada Jumat (25/2), pejabat Ukraina menuding Menteri Pertahanan Belarus mencoba meretas akun email pribadi dari personel militer Ukraina. Kementerian Pertahanan Belarus tidak memberikan respons atas permintaan tanggapan terkait hal ini.
Presiden Rusia, Vladimir Putin sebelumnya telah memerintahkan operasi militer di wilayah Donbas yang terletak di timur Ukraina pada Kamis (24/2) sekitar pukul 06.00 waktu setempat.
Tak lama usai pernyataan Putin, sejumlah bunyi ledakan mulai terdengar di Ibu Kota Ukraina, Kiev, dan Kota Kharkiv. Serangkaian ledakan juga terdengar di Belgorod, Rusia, yang berbatasan dengan Ukraina.
Tiga hari berselang, situasi perang masih belum mendingin. Sejumlah fasilitas militer berhasil dikuasai oleh Rusia. Salah satunya ialah reaktor nuklir Chernobyl di Ukraina Utara yang merupakan salah satu lokasi bencana nuklir terparah di dunia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan setidaknya ada 137 prajurit Ukraina tewas dan 316 lainnya terluka akibat serangan itu.
(end)