Jakarta, CNN Indonesia --
Nama pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov mencuat ke dunia maya setelah ia menempatkan pasukan ke Ukraina demi membantu Presiden Rusia, Vladimir Putin. Pasukan Chechen di bawah Kadyrov memang sering 'menemani' Putin menjalankan operasi militer di beberapa negara, seperti Georgia dan Suriah.
Kadyrov sejatinya merupakan mantan pemberontak dan petinju Chechnya. Ia lahir pada Oktober 1976 dan menjabat sebagai Presiden Chechnya sejak April 2007, dikutip dari Reuters.
 Pasukan Chechen Loyalis Ramzan Kadyrov (REUTERS/Chingis Kondarov) |
Kadyrov sebelumnya menjabat sebagai kepala keamanan untuk ayahnya, Akhmad Kadyrov, seorang presiden pro-Rusia yang dipilih pada 2003. Namun, Akhmad kemudian terbunuh dalam serangan bom pada 2004. Kadyrov didaulat menjabat sebagai penguasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kadyrov dikenal memiliki gaya hidup yang unik. Ia memelihara kucing di kebun binatang pribadi yang berada dengan rumahnya. Ia memiliki pistol berlapis emas dan sering menampilkan tarian tradisional Chechen ke masyarakat umum.
Pemimpin Chechnya ini memiliki pasukan pribadi berskala besar yang anggotanya disebut mencapai ribuan. Pasukan ini dikenal dengan nama "Kadyrovtsy."
Sejumlah kelompok hak asasi manusia dan warga lokal mengatakan pasukan ini biasa menggunakan kekerasan dalam melaksanakan keinginan Kadyrov, membuat masyarakat ketakutan.
Klik untuk selanjutnya: Akrab dengan Kekerasan
Tak hanya pasukannya, Kadyrov juga dirumorkan kerap melakukan kekerasan. Pada 2009, mantan penjaga Kadyrov, Umar Israilov, yang sempat mengaku bahwa ia pernah disiksa oleh pria itu, ditembak mati di Wina. Pada tahun yang sama, rival politik Kadyrov, Sulim Yamadayev, ditembak mati di Dubai, dikutip dari The Guardian.
Sementara itu, kepala kelompok pembela hak asasi manusia Rusia Memorial, Oleg Orlov, menuduh Kadyrov menjalankan rezim totaliter. Sementara itu, juru bicara Kadyrov, Alvi Karimov, membantah tuduhan itu.
Selain itu, Kadyrov terus membantah bahwa ia terlibat dalam penculikan maupun penyiksaan.
Bagi Rusia, keberadaan Kadyrov merupakan sesuatu yang cukup menguntungkan, mengingat pria ini berjanji setia kepada Putin dan siap mengerahkan pasukannya kala dibutuhkan.
Janji setia Kadyrov kepada Putin membuat ia bebas memerintah Chechnya sesuka hatinya. Ia juga menggunakan uang Rusia untuk membangun negara itu yang sempat hancur karena perang.
Kremlin sempat memuji Kadyrov karena berhasil membangun negara bagian Muslim dan ibu kotanya, Grozny, pun juga menjaga keamanan dengan pasukannya sendiri. Kremlin juga mengandalkan Kadyrov untuk mengatasi pemberontak di Kaukasus Utara, yang menurut kelompok HAM dilakukan dengan kekerasan.
Kadyrov bisa disebut sebagai salah satu pemberontak Chechnya yang berkhianat. Sebelumnya, pria itu sempat ikut berperang melawan Rusia, tetapi kemudian berpindah sisi dan malah menjadi 'sahabat' Putin.
Mengutip BBC, di awal 1990-an Kadyrov dan ayahnya bergabung dalam pemberontak yang melawan Rusia pada perang kemerdekaan Chechnya yang pertama. Namun, mereka beralih kubu saat perang Chechnya kedua pada 1999.