Ia kemudian memperkirakan, pasukan Moskow akan berada di Ukraina kurang dari sepekan ke depan.
"Karena Rusia belum tega melakukan gempuran udara seperti 'carpet bombing', sebagaimana telah dilakukan Amerika Serikat atas Irak," kata Rezasyah.
Rusia, lanjutnya, menyadari jika serangan berlangsung lebih lama akan mempermalukan mereka. Pasalnya, opini dunia akan memihak kepada masyarakat Ukraina yang semakin sengsara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rusia dapat menarik diri dari Ukraina dalam waktu 24 jam jika Ukraina bersedia membatalkan rencana keanggotaannya dalam NATO, dan Markas Besar NATO menerima pembatalan tersebut," ucapnya.
Namun, Rezasyah menganggap masih ada harapan konflik mereda jika pertama, Rusia berhasil memaksa Uni Eropa untuk tidak menanggapi permintaan Ukraina.
Kedua, Ukraina berhasil diyakinkan bahwa konflik dapat merontokkan peradaban mereka. Ketiga, Ukraina memberikan jaminan keamanan masa depan kepada Rusia.
Dalam hal ini, Ukraina dapat dijadikan "buffer state" atau negara penyangga, dalam hal ini, menjadi jembatan penyangga antara NATO dan Rusia.
Hingga Rabu (2/3), Rusia masih terus menggempur Ukraina. Ledakan terdengar di kota-kota besar seperti Kharkiv dan Kiev. Pertempuran semakin sengit, sementara korban jiwa dan gelombang pengungsi meningkat.
(isa/has)