Kota Mariupol di Ukraina Selatan dalam kondisi sekarat karena sudah tanpa air dan listrik selama 5 hari terakhir. Kondisi itu akibat agresi militer Rusia ke Ukraina yang dilakukan sejak Kamis (24/2) lalu.
"Semua gardu termal kami mengandalkan sumber listrik, jadi kami tidak memiliki pemanasan. Sejak serangan di Mariupol, kami kehilangan persediaan air cadangan kami, jadi kami benar-benar tanpa air sekarang." kata Wali Kota Mariupol Vadym Boichenko melalui sebuah wawancara yang disiarkan di YouTube, Minggu (6/3).
Dilansir CNN, Boichenko mengatakan kota yang berpenduduk 400 ribu ini diblokir dari koridor humaniora oleh Rusia dan kini tidak bisa mendapatkan suplai bahan baku seperti obat-obatan dan bahkan makanan bayi.
"(Tentara Rusia) sedang berusaha mengepung kota dan membuat blokade. Mereka ingin memisahkan kami dari koridor kemanusiaan, menutup pengiriman barang-barang penting, pasokan medis, bahkan makanan bayi. Tujuan mereka adalah mencekik kota dan menempatkannya di bawah tekanan yang tak tertahankan," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Boichenko, jumlah warga yang terluka dan mati selama lima hari terakhir sudah semakin bertambah dari lusinan, ratusan hingga ribuan orang. Ia juga mengapresiasi para dokter yang telah bekerja keras 10 hari terakhir untuk menyelamatkan jiwa-jiwa warga yang terpapar serangan.
"Angka-angka ini hanya akan bertambah buruk, tapi ini adalah hari keenam serangan udara berturut-turut dan kami tidak bisa keluar untuk menemukan korban tewas," ujar Boichenko.
"Mereka (Rusia) mengatakan ingin menyelamatkan orang Ukraina dari pembunuhan oleh (pemerintah) Ukraina, tetapi merekalah yang melakukan pembunuhan itu," lanjutnya.
Bersama dengan pengakuan ini, Boichenko mengharapkan dibukanya kembali koridor kemanusiaan, yang dibatalkan Sabtu kemarin, membuat pemerintah dapat mengevakuasi warga sesegera mungkin.
Sebelumnya, mereka memiliki 50 bus berisi bahan bakar untuk mengevakuasi warga. Namun, jumlah tersebut menyusut menjadi 20 karena serangan-serangan yang menghantam Mariupol.
"Ketika koridor kemanusiaan ini akhirnya dibuka untuk kami besok atau kapan pun, kami mungkin tidak memiliki bus yang tersisa untuk mengevakuasi orang-orang," ujar Boichenko.
Ia mengatakan menyelamatkan kota itu sudah tidak mungkin dan sosok kota yang lama pun sudah lenyap dimatanya. "Satu-satunya prioritas sekarang adalah membuka koridor kemanusiaan ke Mariupol dengan cara apa pun," kata Boichenko.
(tdh/sfr)