Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, berniat akan mencabut status Rusia sebagai 'negara yang paling disukai,' pada hari ini, Jumat (11/3).
Sumber dari pemerintah AS menuturkan langkah itu ditetapkan Biden bersama dengan negara anggota G7 dan anggota Uni Eropa lainnya yang mengambil langkah serupa.
Jika sudah ditetapkan, langkah ini akan menjadi upaya terbaru negara Barat menekan Rusia terkait invasinya ke Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, status "negara paling disukai" menjadikan Rusia dan negara lainnya memiliki hubungan perdagangan permanen dengan Amerika.
Meski demikian, rencana Biden mengeluarkan Rusia dari daftar tersebut perlu persetujuan Kongres AS.
Biden diperkirakan akan mengumumkan pencabutan status ini pada Jumat (11/3). Kongres kemudian diharapkan bakal membentuk Undang-Undang terkait kebijakan ini.
Sebelumnya, Rusia memasukkan Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang dianggap tak bersahabat dengan Moskow, Senin (7/3).
Kantor berita Rusia, TASS, menuturkan sejumlah negara yang masuk dalam daftar tersebut antara lain AS, Kanada, negara Uni Eropa, Inggris, Ukraina, Montenegro, Swiss, Albania, Andorra, dan Islandia.
Daftar ini dibuat Rusia untuk merespons sanksi yang dijatuhkan oleh berbagai negara dunia sejak Moskow menginvasi Ukraina 24 Februari lalu.
Walaupun begitu, Rusia tetap mengizinkan pemerintah, perusahaan, dan warga negaranya untuk melakukan pertukaran utang dengan pihak-pihak di negara yang masuk daftar tak bersahabat itu. Namun pertukaran utang ini dilakukan menggunakan rubel.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai, negara Barat berlomba-lomba menjatuhkan sanksi ekonomi ke Moskow, seperti pembekuan aset bank.
Akibat sanksi ini, Presiden Vladimir Putin marah dan mengancam bakal ada "konsekuensi negatif" untuk pasar dunia bila negara Barat terus mencari masalah dengan Rusia.
(pwn/rds)