Satu kilang minyak di ibu kota Riyadh, Arab Saudi, terbakar setelah menjadi sasaran serangan drone, Kamis (10/3). Meski demikian, kebakaran ini tak menimbulkan gangguan suplai minyak.
"Kilang minyak Riyadh diserang oleh satu drone, menyebabkan kebakaran kecil yang telah dikendalikan," demikian pernyataan Kementerian Energi Arab Saudi kepada media Badan Pers Saudi, tanpa menyalahkan kelompok Houthi secara gamblang.
"Serangan ini tidak menyebabkan korban luka atau meninggal, tak juga membawa dampak terhadap suplai minyak dan produk lainnya," lanjut pernyataan tersebut, dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, badan tersebut mengatakan serangan kilang minyak ini merupakan aksi 'sabotase dan terorisme.'
Ini bukanlah pertama kali Saudi dan negara sekutunya menghadapi ancaman fasilitas umum. Fasilitas umum di negara-negara koalisi Saudi kerap menjadi sasaran serangan dari kelompok Houthi di Yaman.
Beberapa bulan lalu, sebanyak tiga orang tewas akibat ledakan truk tangki bahan bakar di Uni Emirat Arab. Ledakan ini disebut merupakan ulah kelompok Houthi.
Meski telah berupaya menjaga jarak dari konflik dengan kelompok Houthi, UEA masih kerap menjadi sasaran mereka.
UEA berhenti mengirim pasukannya ke Yaman sejak 2019. Namun, UEA masih memberikan dukungan logistik terhadap pasukan koalisi Saudi di Yaman.
Sementara itu, konflik yang terjalin antara kelompok Houthi dan koalisi Saudi sudah berlangsung sejak lama.
Kala perang sipil pecah di Yaman pada 2014, pemberontak Houthi berhasil mengambil ibu kota Sanaa. Setelah itu, perang ini berubah, dari yang tadinya hanya melawan pemerintahan resmi Yaman pimpinan Presiden Mansour Hadi, menjadi konflik regional.
Kemudian, koalisi militer pimpinan Saudi memutuskan melakukan intervensi di wilayah itu pada 2015. Sejak itu, Arab Saudi mendukung pemerintah Yaman, sementara Iran mendukung kelompok Houthi.