Tak hanya itu, sejumlah orang di sempat dicegat oleh petugas perbatasan Rusia kala mereka ingin pergi dari negara itu.
Andrei, seorang direktur perfilman di Moskow mengatakan ia sempat tertahan di bandara Sheremetyevo Moskow, sebelum terbang ke Baku. Barang yang ia bawa digeledah, dan seorang petugas menyelidiki pesan pribadi Andrei.
"Dia mengambil ponsel saya dan menghabiskan waktu sejam untuk melihat semuanya. Untungnya, saya menghapus semua pesan yang mendiskusikan penolakan saya terhadap perang di Telegram dan Signal," cerita Andrei, dikutip dari The Guardian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ditanya apakah saya 'benar-benar' mencintai negara saya dan apakah saya menolak perang. Dia bertanya kenapa saya mau pergi dan mengapa saya membaca media independen seperti Meduza."
"Itu adalah salah satu peristiwa yang paling mengerikan dalam hidup saya," tutur Andrei, yang kemudian diizinkan terbang.
Sementara itu, harga tiket pesawat di Rusia semakin melonjak setelah banyak negara memboikot penerbangan dari dan ke negara itu. Tak hanya itu, banyak tiket penerbangan ke luar negeri yang habis terjual di Rusia.
Mengutip The Guardian, penerbangan ke Yerevan, Istanbul, dan Belgrade sempat habis. Sementara itu, tiket sekali jalan dari Rusia ke Dubai mencapai lebih dari £3.000 (Rp55 juta). Harga ini melonjak dibandingkan saat waktu normal, yakni mencapai £250 (Rp4 juta), sebagaimana dilansir dari agregator penerbangan Skyscanner.
Tak hanya itu, tiket kereta dari St Petersburg ke Helsinki juga sempat terjual habis pada Kamis (3/3) dan Jumat (4/3).
Selain masalah tiket penerbangan, antrean visa juga menjadi salah satu rintangan warga Rusia yang ingin kabur. Warga Rusia membutuhkan visa untuk memasuki sejumlah negara Eropa.
Antrean aplikasi visa untuk negara Italia terlihat di Moskow. Tak hanya itu, pembuatan visa tersebut hanya bisa dilakukan dengan janji dan slot visa yang tersedia hanya ada untuk sepekan ke depan.
"Saya akan membuat janji untuk 11 Maret, meski apa yang terjadi kedepannya menakutkan dan tak pasti," kata wanita Rusia 40 tahun.
"Saya ingin menyiapkan visa. Saya pikir mereka akan mengizinkan saya masuk dengan tes PCR (terhadap Covid-19) dan saya akan memikirkan hal lainnya nanti," ceritanya.
Tak hanya warga Rusia yang mencoba pergi, seorang perempuan Filipina yang bekerja sebagai pengasuh di Moskow juga ikut mendaftarkan visa.
"Saya putus asa untuk mendapatkan visa, saya takut di sini," katanya.
(pwn/bac)