Rusia berjanji menghancurkan fasilitas pembuatan rudal Ukraina. Pejabat menyampaikan tekad tersebut pada Senin (14/3) setelah 23 warga Donetsk tewas akibat serangan pasukan Kyiv di kawasan Ukraina timur tersebut.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan pasukan Rusia akan meluncurkan kampanye pengeboman di daerah-daerah yang terlibat dalam produksi dan fasilitasi rudal Tochka-U di Ukraina.
"Menanggapi hal itu, angkatan bersenjata Rusia akan mengambil tindakan cepat untuk menghancurkan fasilitas kompleks industri militer Ukraina yang memproduksi senjata," kata Igor Konashenkov seperti diberitakan AP, Senin (14/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami meminta warga Ukraina yang bekerja di fasilitas tersebut serta orang-orang yang tinggal di sekitar kawasan itu untuk segera meninggalkan zona yang berpotensi bahaya."
Igor Konashenkov juga mengatakan Rusia bakal terus mengejar tentara bayaran asing yang memerangi pasukan Rusia di Ukraina.
"Saya ingin ulangi, di sana tidak akan ada belas kasihan bagi tentara bayaran di mana pun mereka berada di wilayah Ukraina."
Sebelumnya, Rusia menyatakan serangan pasukan Kyiv atas kubu separatis Donetsk di Ukraina timur telah menewaskan 23 orang. Militer Rusia menuding Kyiv telah melakukan kejahatan perang.
"Penggunaan senjata semacam itu di kota di mana tidak ada angkatan bersenjata adalah kejahatan perang," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov, seperti dilansir AFP, Senin (14/3).
Komite Investigasi Rusia mengatakan sedikitnya 23 warga sipil, termasuk anak-anak tewas akibat serangan itu. Sedangkan 18 orang lainnya luka-luka. Penyidik mengatakan bakal membuka penyelidikan kriminal.
Moskow menuduh tentara Ukraina menembakkan rudal Tochka-U ke daerah pemukiman di Donetsk. Itu disebut menjadi salah satu serangan paling serius di kota itu sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina lebih dari dua pekan lalu.
"Orang-orang mengantre di dekat ATM dan berdiri di halte bus," kata Denis Pushilin yang disebut-sebut sebagai Kepala Republik Rakyat Donetsk.
"Ada anak-anak di antara yang tewas," kata Pushilin, seraya menambahkan bahwa jumlah korban akan lebih banyak jika roket tidak jatuh.
(chri)