Konflik wilayah Donetsk dan Luhansk sudah dimulai sejak pencaplokan Crimea pada 2014. Sebagian warga di dua daerah tersebut memang telah lama ingin lepas dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia.
Mengikuti Crimea, kedua wilayah ini ikut melakukan referendum pemisahan diri pada 11 Mei 2014.
Mengutip Associated Press, penyelenggara referendum mengklaim 96,2 persen warga Luhansk memilih untuk merdeka. Sementara itu, 89 persen warga Donetsk juga ingin melepaskan diri dari Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, hasil referendum ini tak pernah diakui dunia sampai Putin memutuskan mengakui dua wilayah itu sebagai republik pada Februari 2022.
"Saya meyakini perlu untuk mengambil keputusan yang lama tertunda, untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk," kata Putin saat mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk pada 21 Februari lalu.
Pengakuan ini dilakukan tak lama sebelum Putin meluncurkan operasi militer ke Ukraina.
Pada 24 Februari 2022, Putin memutuskan meluncurkan serangan ke Ukraina.
"Saya telah membuat keputusan untuk mengerahkan sebuah operasi militer (ke Ukraina timur)," kata Putin dalam pidato singkat yang dikutip AFP. Tak lama pengumuman ini, ledakan terjadi di tiga kota di Ukraina, salah satunya di Kyiv, ibu kota negara itu.
Setelah pidato ini dikeluarkan, pasukan Rusia mulai menguasai berbagai kota di Ukraina, termasuk Mariupol. Lebih dari 500 orang tewas akibat pertempuran ini, termasuk perempuan dan anak-anak.
Rusia dengan brutalnya menyerang berbagai titik penting Ukraina, seperti PLTN Chernobyl dan Zaporizhzhia. Tak hanya itu, rudal Rusia juga diklaim kerap menargetkan wilayah warga sipil, seperti gedung apartemen dan rumah sakit.
Putin mengklaim, alasan ia menyerang Ukraina karena masyarakat Donbas meminta bantuan Rusia untuk mengatasi 'kejahatan' pemerintah Kyiv.
Namun, banyak yang menilai alasan sebenarnya adalah Putin tak ingin Ukraina bergabung ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Rusia juga ingin mencegah ekspansi NATO di wilayah-wilayah yang dahulunya merupakan bagian dari Uni Soviet.
Hingga kini, perang di Ukraina masih belum usai. Berbagai dialog sudah dilakukan demi mencapai kesepakatan gencatan senjata, tetapi belum menuaikan hasil yang berarti.
(pwn/bac)