22 Tahun Rezim Putin di Rusia, Perang Chechen hingga Gempur Ukraina
Presiden Rusia, Vladimir Putin memerintahkan kekuatan militer menyerang Ukraina mulai 24 Februari lalu. Setelah lebih dari dua dekade menjabat sebagai pemimpin Moskow, Putin dikenal sebagai sosok diktator yang ditakuti banyak orang.
Karier politik Putin melejit setelah ia pensiun dari badan intelijen Rusia atau KGB.
Putin menjadi anggota KGB selama kurang lebih 15 tahun. Dia pensiun dari dinas aktif KGB pada 1990.
Pada 9 Agustus 1999, Presiden Rusia kala itu, Boris Yeltsin, menunjuk Putin sebagai Perdana Menteri Rusia. Diketahui, Putin sempat menjabat sebagai kepala intelijen domestik Rusia di bawah kepemimpinan Yeltsin, seperti dikutip CNN.
Sebelumnya, pendahulu Putin hanya bertahan beberapa bulan dalam kursi perdana menteri. Namun, kurang dari enam bulan setelah Putin menjabat, Yeltsin mengangkatnya sebagai presiden pada malam tahun baru 1999.
Sejak itu, dukungan masyarakat kepada Putin cukup tinggi. Menurut data lembaga survei independen Levada Center, setelah Putin menjabat sebagai presiden, dukungan masyarakat pada Januari 2000 mencapai 84 persen.
September 1999: Manfaatkan Isu Terorisme dengan Menyerang Chechen
Putin merespons terorisme dengan cara yang brutal. Pada September 1999, rangkaian bom apartemen membunuh ratusan orang di Rusia dan membuat negara itu ketakutan.
Masalah ini menjadi momentum Putin untuk berjanji akan membalas terorisme yang terjadi di Rusia dan mengambil hati masyarakat.
"Kami akan mengejar teroris kemana pun," janji Putin kala pasukan Rusia mengebom ibu kota republik Chechnya.
"Jika mereka ada di bandara, di bandara. Itu berarti, jika mereka di toilet, kami akan memusnahkan mereka di sana," lanjutnya.
Penyelidik Rusia menyimpulkan serangan tersebut disebabkan oleh ekstremis Islam Chechen.
Namun, oposisi Putin, taipan Rusia yang diasingkan, Boris Berezovsky, bersama mantan mata-mata Rusia, Alexander Litvinenko, menggaungkan teori konspirasi yang mengklaim layanan keamanan Rusia sengaja melakukan serangan bom apartemen ini sebagai upaya provokasi untuk melakukan tindakan militer di Chechnya.
Pada 2013, Berezovsky ditemukan mati di rumahnya di Inggris dan tampaknya melakukan bunuh diri. Sementara itu, Litvinenko diracun dengan polonium-210 di London, pembunuhan yang menurut penyelidik Inggris diperintahkan oleh Putin.
Terlepas dari pelakunya, insiden pengeboman ini menjadi titik balik bagi karier Putin, membuatnya mendapat dukungan bangsa.
2014: Rusia Aneksasi Semenanjung Crimea
Sebelum Rusia mencaplok Crimea pada 2014, Ukraina terlebih dahulu berhadapan dengan protes untuk menjatuhkan Presiden Pro-Rusia Viktor Yanukovych. Protes ini dimulai pada November 2013, saat Yanukovych menggagalkan perjanjian yang mampu memperkuat hubungan Ukraina dengan Uni Eropa.
Protes tersebut menyebabkan sejumlah orang tewas dan ratusan orang terluka. Yanukovych memilih kabur ke Rusia.
Pada 28 Februari 2014, kelompok pria bersenjata tanpa lencana seragam merebut sejumlah tempat penting di Crimea, dikutip dari Britannica. Awalnya Putin membantah kalau kelompok tersebut merupakan tentara Rusia, tetapi ia kemudian mengakuinya.
Pergerakan pasukan Rusia ini juga disebut-sebut tak mendapatkan penolakan, mengingat mayoritas populasinya adalah orang Rusia.
Pada 3 Maret, perdana menteri Pro-Rusia ditempatkan sebagai kepala parlemen regional. Rusia juga berhasil mendapatkan kontrol militer de facto di Crimea. Pada 16 Maret, referendum dilakukan di Crimea dan 97 persen pemilih memihak Rusia.
Pada 18 Maret, Putin dan anggota parlemen Crimea menandatangani perjanjian pengambilalihan wilayah tersebut ke Rusia. Perjanjian ini diratifikasi oleh parlemen Rusia dan ditandatangani Putin sebagai Undang-Undang pada 21 Maret.