Protes Soal Invasi di TV Rusia, Editor Hadapi 10 Hari Penjara
Seorang editor Rusia yang memprotes aksi militer Moskow di Ukraina saat siaran berita menghadapi hukuman 10 hari penjara. Ia sebelumnya menggelar aksi protes di siaran berita televisi pemerintah Rusia.
Marina Ovsyannikova merupakan staf saluran televisi negara yang menerobos masuk ke lokasi siaran berita sambil memegang poster bertuliskan "No War". Siaran berita itu disebut menjadi acara malam yang paling banyak ditonton di Rusia.
Seperti diberitakan AFP pada Selasa (15/3), aksi itu membuat Marina Ovsyannikova diadili karena melanggar undang-undang protes.
Dalam persidangan, Ostankinsky mengaku tidak bersalah telah melakukan hal tersebut, "Saya masih yakin Rusia melakukan kejahatan."
Daniil Berman selaku kuasa hukum dari ibu dua anak tersebut mengatakan aksi itu dilakukan meski kliennya tahu bisa berhadapan dengan tuntutan pidana hukuman hingga 15 tahun penjara.
Hukuman itu berlaku di bawah Undang-Undang baru yang dibuat Presiden Vladimir Putin usai mengirim pasukan militer ke Ukraina pada Kamis (24/2).
Sebelumnya, Marina Ovsyannikova menginterupsi salah satu acara berita utama televisi pemerintah Rusia pada Senin (14/3) malam waktu setempat. Ia tiba-tiba muncul di balik pembawa acara sambil membawa poster menghentikan perang dengan Ukraina.
"No War. Hentikan perang. Jangan percaya propaganda yang mereka sampaikan kebohongan di sini," bunyi poster tersebut.
"Rusia menentang perang," baris terakhir poster tersebut dalam bahasa Inggris.
Tak lama setelah itu, saluran tersebut terlihat segera beralih ke rekaman rumah sakit.
"Sebuah insiden terjadi dengan seorang wanita asing masuk layar. Pemeriksaan internal sedang dilakukan," kata Channel One kepada kantor berita negara TASS seperti dilansir AFP, Senin (14/3).
OVD-Info, kelompok pemantau hak asasi manusia independen, mengungkapkan memperoleh video yang konon dibuat oleh Ovsyannikova sebelum dia menyela siaran berita tersebut.
"Apa yang terjadi sekarang di Ukraina adalah kejahatan, dan Rusia adalah negara agresor, dan tanggung jawab atas agresi ini terletak pada hati nurani satu orang, Vladimir Putin," kata Ovsyannikova dalam video itu.
"Sayang sekali saya membiarkan berbicara kebohongan dari layar TV, malu karena saya membiarkan orang-orang Rusia menjadi zombi."
(afp/chri)