Minta Bantuan Kongres AS, Presiden Ukraina Singgung Teror 9/11
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyinggung serangan 11 September 2001 atau 9/11 yang menimpa Amerika Serikat ketika berbicara di hadapan Kongres AS. Ia menyinggung hal tersebut seraya meminta bantuan AS untuk menghadapi invasi Rusia ke Ukraina.
"Ingat 11 September, hari buruk pada 2001 kala kejahatan mencoba mengubah kota-kota Anda, wilayah merdeka, menjadi medan perang. Saat warga tak bersalah diserang, diserang dari udara," ujarnya seperti dikutip CNN, Rabu (16/3).
"Seperti yang tidak diharapkan orang, Anda tidak bisa menghentikannya. Negara kami mengalami hal yang sama setiap hari," lanjutnya.
Tak hanya itu, ia dalam kesempatan tersebut juga menyinggung serangan di Pearl Harbor dalam Perang Dunia II.
"Ingatlah Pearl Harbor, pagi mengerikan pada 7 Desember 1941, saat langit Anda menghitam karena pesawat yang menyerang Anda. Coba ingat itu," ucap Volodymyr Zelensky.
Ia mengatakan serangan Rusia ke negara mereka dalam tiga pekan terakhir, tak hanya merusak tanah dan kota, melainkan juga nilai-nilai kemanusiaan secara garis besar.
"Mereka melemparkan tank dan pesawat melawan kebebasan kami, terhadap hak kami untuk hidup bebas di negara kami sendiri, memilih masa depan kami. Melawan keinginan kami untuk bahagia, mimpi nasional kami, sama seperti mimpi yang Anda punya, yang bangsa Amerika punya."
Dalam kesempatan yang sama, Zelensky kembali meminta kembali penerapan zona larangan terbang di langit Ukraina demi menghentikan serangan Rusia ke negerea mereka.
"Untuk membuat zona larangan terbang di Ukraina, untuk menyelamatkan manusia, apakah ini permintaan yang terlalu besar? Kemanusiaan, zona larangan terbang, sesuatu yang membuat Rusia tak bisa meneror kota kami yang bebas."
Sebelumnya, pejabat Kementerian Pertahanan AS sempat mengindikasikan penerapan zona larangan terbang di Ukraina tidak bisa menghindari serangan Rusia.
Indikasi itu muncul setelah pangkalan militer Ukraina barat hancur akibat rudal dari pesawat yang terbang di wilayah udara Rusia pada malam akhir pekan lalu (12/3).
"Rudal itu diluncurkan dari atas Rusia ke Yavoriv pada Sabtu (12/3) malam," kata pejabat anonim tersebut, seperti diberitakan AFP, Senin (14/3).
Serangan udara di pangkalan militer di luar kota Lviv, bagian barat Ukraina itu menewaskan 35 orang dan lebih dari 134 orang terluka.
Sehingga, pejabat AS tersebut menilai serangan itu menjadi contoh zona larangan terbang di atas Ukraina "tidak akan berpengaruh."
Di sisi lain, sejumlah negara Barat takut bantuan yang dikirim ke Ukraina dapat menyeret mereka, termasuk anggota NATO, ke dalam perang langsung dengan Rusia.
Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, sempat mengancam negara Barat berkaitan dengan zona larangan terbang ini.
"Setiap gerakan ke arah ini akan kami anggap sebagai partisipasi dalam konflik bersenjata oleh negara itu," ujar Putin dalam pertemuan dengan karyawan Aeroflot, dikutip dari AFP.
(pwn/chri)