Kukhta punya pengetahuan yang dalam soal perang. Ia pernah melawan cengkeraman militer Rusia di Donbas dari 2016 hingga 2018.
"Kami berjuang di bawah slogan 'kebebasan kami dan bagi Anda," kata Kukhta.
Saat di Donbas, ia kira Putin akan menduduki Belarus. Namun, Lukashenko rupanya bisa 'dikendalikan' Putin sehingga tak ada apa-apa di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lukashenko tak lagi memutuskan apa pun. Semuanya berjalan melalui Rusia dan Putin," seloroh Kukhta.
Selain Kakhtu, warga Belarus yang turut marah akan tindakan Putin ke Ukraina yakni Alexey Kovalczuk.
Kovalczuk membantu mengevakuasi orang-orang dari resor Bukovel di Ukraina barat tepat setelah Rusia menginvasi.
"Saya melihat perempuan menangis, anak-anak. Mereka menyeka air mata mereka. Saya melihat api yang menyala-nyala," kata pria berusia 41 tahun yang menghabiskan beberapa tahun di pasukan khusus itu.
Ia melihat situasi yang sulit di wilayah itu. Kovalczuk juga memahami apa yang terjadi sekarang di Mariupol, Kharkiv, Kyiv dan kota-kota lain yang terus diserang Rusia.
Lihat Juga : |
"Saya tidak mengerti bagaimana Anda (Rusia) bisa membunuh warga sipil. Saya tidak mengerti itu," tutur dia.
Pejuang sukarelawan Belarus lain, Andrei Korsak, berjalan-jalan sembari memegang beberapa foto keluarganya yang sudah usang.
"Saya akan membawa kakek saya ke Ukraina. Mereka berdua bertempur di Perang Dunia II, sementara yang ini juga membela Warsawa pada 1920," kata Korsak sambil menunjuk wajah kerabatnya yang berseragam.
"Sekarang, seabad kemudian, saya cucu mereka terpaksa pergi melawan gerombolan Rusia lagi, untuk menghentikan mereka. Saya akan melakukan apa saja untuk menghentikan kejahatan ini," ucap dia lagi
Meskipun Korsak lebih suka tidak membunuh siapa pun, namun jika keadaan memaksa ia akan membayangkan bahwa orang di depannya adalah polisi anti-huru hara dari Minsk.
"Akan lebih mudah bagiku seperti itu," tegasnya.
(isa/bac)